Bukan Sekadar Ditakut-takuti, Ini Daya Tarik Film Horor

Bagikan ke :

SMJTimes.comFilm horor selalu memiliki tempat istimewa di hati penonton Indonesia. Dari layar bioskop hingga platform streaming, genre ini hampir tak pernah sepi peminat.

Data Statista (2024) menyebutkan bahwa film horor termasuk tiga besar genre paling banyak ditonton secara global, bersama aksi dan drama. Sementara di Indonesia, We Are Social (2023) melaporkan bahwa 62% penonton digital menyebut horor sebagai tontonan favorit mereka.

Fenomena ini bukan sekadar kebetulan. Ada sejumlah alasan kenapa film horor begitu lekat dengan kebiasaan menonton masyarakat.

Pertama, film horor memberi sensasi emosional yang sulit didapat dari genre lain. Menurut psikolog media Glenn Sparks, horor memicu adrenalin sekaligus rasa lega setelah ketakutan mereda. Sensasi perasaaan takut ini justru dicari penonton sebagai hiburan.

Kedua, horor seringkali merefleksikan budaya lokal. Di Indonesia, film horor banyak mengangkat mitos, legenda, atau cerita rakyat yang sudah dikenal masyarakat, seperti Kuntilanak atau Sundel Bolong. Hal ini membuat cerita terasa lebih dekat dan relevan bagi penonton.

Ketiga, faktor kebersamaan juga berperan. Survei Populix (2022) mencatat, 58% responden lebih suka menonton horor bersama teman atau pasangan karena momen teriak bareng menciptakan keakraban. Artinya, horor bukan hanya tontonan, tetapi juga pengalaman sosial.

Keempat, secara industri, horor terbukti lebih aman secara bisnis. Biaya produksinya relatif kecil dibanding film aksi atau fantasi dengan potensi keuntungannya yang cukup besar. Data Box Office Mojo menunjukkan film horor sering mencetak ROI tinggi, bahkan melebihi genre populer lainnya.

Dari sini, bisa disimpulkan bahwa horor bukan sekadar tren sesaat. Ia bertahan karena memadukan hiburan, budaya, dan keuntungan bisnis sekaligus. Tak heran jika setiap tahun selalu ada film horor baru yang sukses menarik animo penonton. (*)

Komentar