Fenomena Esport Mengubah Hobi Menjadi Karier

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Dulu, bermain game sering dianggap sekadar hiburan untuk mengisi waktu luang. Namun dalam satu dekade terakhir, dunia gaming telah bertransformasi menjadi sebuah industri besar dengan cabang profesional bernama esport.

Dari yang tadinya hanya dimainkan di warnet bersama teman, kini esport melahirkan turnamen berskala internasional dengan hadiah miliaran rupiah dan mengubah hobi menjadi profesi yang menjanjikan.

Di Indonesia, perkembangan esport terbilang pesat. Data dari Indonesia Esports Premier League (IESPL) menyebutkan jumlah pemain game di Tanah Air sudah mencapai lebih dari 170 juta orang pada tahun 2023.

Angka ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu pasar game terbesar di Asia Tenggara. Tak hanya jumlah pemain yang banyak, potensi industri esport Indonesia juga semakin menggiurkan dengan nilai mencapai lebih dari Rp24 triliun per tahun menurut laporan Statista.

Perubahan ini jelas membuka peluang baru. Banyak anak muda kini bercita-cita menjadi pro player, streamer, atau bahkan konten kreator game.

Nama-nama seperti Jonathan Emperor Liandi, Jess No Limit, hingga BTR Zuxxy dan Luxxy dari dunia PUBG Mobile menjadi bukti nyata bahwa profesi ini bukan sekadar mimpi.

Mereka tidak hanya meraih prestasi di turnamen, tetapi juga sukses membangun personal brand yang menghasilkan pundi-pundi dari sponsor, iklan, hingga platform streaming.

Meski begitu, perjalanan menjadi pro player tidak semudah kelihatannya. Sama seperti atlet olahraga konvensional, mereka harus menjalani latihan intens, menjaga kesehatan fisik, hingga berkompetisi di jadwal yang padat.

Tekanan mental pun besar, karena satu kesalahan bisa menentukan kemenangan atau kekalahan tim. Oleh karena itu, banyak organisasi esport kini memberikan dukungan penuh mulai dari pelatih, analis, hingga psikolog untuk menjaga performa para pemain.

Selain turnamen, industri pendukung esport juga semakin luas. Ada peluang karier di balik layar seperti shoutcaster (komentator pertandingan), manajer tim, hingga pengembang game.

Namun di balik peluang yang besar, ada tantangan yang harus diperhatikan. Tidak semua orang yang bercita-cita jadi gamer profesional bisa berhasil.

Persaingan yang ketat, karier yang relatif singkat, serta risiko kesehatan akibat gaya hidup sedentari menjadi catatan penting. Orang tua dan anak muda perlu memahami bahwa meski menjanjikan, dunia esport tetap menuntut disiplin dan keseimbangan hidup.

Pada akhirnya, fenomena esport di Indonesia mencerminkan perubahan cara pandang terhadap hobi. Gaming tidak lagi dianggap sekadar main-main, tetapi bisa menjadi jalan hidup yang nyata.

Dengan dukungan industri yang terus berkembang serta komunitas yang solid, mimpi anak muda Indonesia untuk menjadikan game sebagai karier bukanlah hal mustahil. (*)

Komentar