SMJTimes.com – Thrifting atau belanja baju bekas sedang jadi tren, terutama di kalangan anak muda. Dari pasar loak hingga onlineshop, barang preloved alias secondhand laris diburu. Selain harganya yang ramah dikantong, thrifting juga dianggap sebagai gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Tapi, apakah benar thrifting selalu berdampak positif?
Thrifting berarti membeli barang bekas layak pakai, biasanya seperti pakaian. Banyak orang menyukai thrifting karena bisa menemukan item yang unik dengan harga jauh lebih murah. Bahkan beberapa produk branded pun sering ditemukan di lapak-lapak thrifting.
Dampak Positif Thrifting bagi Lingkungan
- Mengurangi Limbah Tekstil
Menurut Greenpeace Indonesia, Industri fashion termasuk salah satu penyumbang limbah terbesar di dunia. Menurut World Economic Forum, setiap tahunnya sekitar 92 juta ton limbah tekstil dibuang ke tempat sampah. Dengan membeli pakaian bekas, kita memperpanjang umur pakai baju dan mengurangi penumpukan sampah tekstil.
- Mengurangi Konsumsi Fast Fashion
Fast fashion mendorong orang untuk membeli baju murah dalam jumlah banyak, lalu cepat bosan dan membuangnya. Thrifting menawarkan alternatif seperti membeli dengan lebih sadar dan tidak tergantung tren musiman.
- Menekan Jejak Karbon
Produksi pakaian baru melibatkan air, energi, dan emisi karbon. Thrifting membantu meminimalkan konsumsi sumber daya tersebut karena tidak ada proses produksi baru.
Dampak Negatif Thrifting bagi Ekonomi
- Overkonsumsi Tetap Berbahaya
Walaupun beli baju bekas, kalau terlalu sering dan tidak perlu, ya tetap boros. Ini bisa menciptakan pola konsumsi berlebihan yang sebenarnya tidak jauh beda dari fast fashion.
- Distribusi Barang Bekas Bisa Picu Masalah Sosial
Di beberapa negara, seperti Filipina dan Kenya, masuknya baju bekas impor dalam jumlah besar pernah dianggap merugikan industri lokal karena adanya kalah saing dengan harga baju second yang sangat murah.
- Kurangnya Regulasi dan Etika Bisnis
Ada juga isu soal penjual yang membeli baju bekas donasi dalam jumlah besar, lalu dijual kembali dengan harga tinggi tanpa seleksi kualitas, atau tidak memperhatikan kebersihan.
Thrifting bisa menjadi pilihan cerdas dan berkelanjutan jika dilakukan dengan bijak. Kuncinya tetap sama: beli secukupnya, rawat pakaianmu dengan baik, dan jadikan konsumsi sebagai tindakan sadar, bukan sekadar tren. (*)
Komentar