SMJTimes.com – Makanan instan memang praktis dan menggoda. Hanya butuh beberapa menit, kita sudah bisa menikmati mie, sosis, nugget, atau makanan kaleng tanpa ribet. Tapi di balik kepraktisannya, terlalu sering mengonsumsi makanan instan bisa berdampak buruk bagi kesehatan.
Sebagian besar makanan instan mengandung natrium (garam) yang tinggi. Jika dikonsumsi berlebihan, ini bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, hingga stroke. Selain itu, zat pengawet seperti natrium benzoat atau MSG yang ada di dalamnya juga bisa memicu efek samping pada sebagian orang, seperti sakit kepala atau mual.
Makanan instan juga minim serat, nutrisi, vitamin, atau mineral yang penting. Bahkan jika terasa “mengenyangkan”, kandungan gizinya sering kali jauh di bawah makanan segar. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pencernaan seperti sembelit, serta kekurangan nutrisi jika terus-menerus dikonsumsi.
Banyak makanan instan yang meningkatkan risiko obesitas karena tingginya lemak jenuh, gula, dan kalori. Jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik, konsumsi rutin bisa memicu penumpukan lemak, kenaikan berat badan, dan akhirnya obesitas. Ini juga berisiko memicu diabetes tipe 2.
Beberapa riset menunjukkan bahwa zat aditif tertentu yang ada dalam makanan olahan bisa memengaruhi hormon tubuh. Misalnya, BPA yang sering ditemukan dalam kemasan makanan kaleng bisa memengaruhi hormon estrogen, terutama jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Cita rasa gurih dan adiktif dari MSG atau penyedap buatan lain juga bisa membuat lidah menjadi terbiasa. Akibatnya, makanan rumah atau makanan sehat bisa terasa hambar. Hal ini membentuk kebiasaan makan yang tidak sehat sejak usia dini.
Mulai kurangi konsumsi makanan instan secara bertahap, misalnya dengan membuat bumbu sendiri di rumah, menyiapkan bekal sederhana, atau mengganti camilan instan dengan buah potong. (*)
Komentar