Jangan Paksa Anak Belajar Terus Menerus, Ini yang Harus Dilakukan Orang Tua!

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Tidak salah untuk membiasakan anak menyukai aktivitas belajar dan memperoleh pengetahuan. Namun, hal ini bisa menjadi bumerang jika timbul ambisi orang tua agar anak selalu menjadi yang terbaik.

Tekanan ini bisa berupa paksaan belajar sampai-sampai mengabaikan waktu bermain anak. Hal ini tentu akan menyebabkan anak merasa stres dan tertekan. Anak-anak yang berada di bawah tekanan menimbulkan konsekuensi serius, termasuk masalah kesehatan mental.

Berikut ini hal yang perlu diketahui tentang efek negatif dari tindakan tersebut. Selain itu, kami juga merangkum apa yang harus dilakukan orang tua dalam memberikan dukungan terhadap anak-anak mereka.

Dampak negatif memaksa anak belajar

Orang tua mungkin juga menaruh harapan yang tinggi pada anak-anak mereka untuk berprestasi di berbagai bidang. Mereka ingin anak belajar terus-menerus dan berprestasi, serta memenangkan kompetisi.

Meskipun harapan yang tinggi dapat menyehatkan, memberikan tekanan terus-menerus pada anak-anak dapat berbahaya. Anak-anak yang merasa selalu berada di bawah tekanan mengalami kecemasan secara terus-menerus.

Stres yang tinggi juga dapat menempatkan anak-anak pada risiko yang lebih besar untuk mengalami depresi atau kondisi kesehatan mental lainnya.

Harapan orang tua agar anak selalu berprestasi membuat mereka cenderung fokus pada hasil, bukan proses. Ini yang membuat anak-anak lebih suka menyontek untuk hasil lebih instan, serta berhasil memenuhi keinginan orang tua mendapat nilai bagus. Padahal, untuk membuat anak bertumbuh dan berkembang adalah bagaimana mereka bangkit dari kesalahan, bukan selalu menang.

Anak yang dituntut untuk selalu belajar dan berprestasi memiliki masalah terhadap harga diri. Tekanan konstan menyebabkan anak selalu merasa tidak cukup baik, bahkan menganggap diri sendiri tidak berguna jika gagal.

Selain itu, menyuruh anak selalu belajar tanpa istirahat bisa mengganggu kesehatan anak lantaran kurangnya jam tidur yang berkualitas. Selain itu, stres dan depresi juga menyebabkan daya tahan tubuh anak lebih lemah.

Apa yang harus dilakukan orang tua?

Dilansir dari laman Parents, orang tua harus mendorong anak untuk fokus pada proses, bukan pada hasil. Keinginan belajar harus muncul dari dalam diri anak tanpa adanya paksaan. Anda bisa membujuk anak dengan memberikan pengertian tentang pentingnya belajar dan mencari ilmu.

Selain itu, jangan menurunkan tingkat kepercayaan diri anak saat mereka gagal atau mendapat nilai jelek. Sebaliknya, berikan semangat untuk bangkit dan memberikan solusi untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu.

Jangan korbankan waktu tidur dan bermain anak. Kedua hal tersebut penting agar anak tidak stres. Beri ruang bagi anak untuk menghibur diri.

Selain itu, cukupi nutrisi anak agar mereka sehat dan memiliki daya tahan tubuh kuat. (*)

Komentar