SMJTimes.com – Akhir-akhir ini viral kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami oleh atlet anggar bernama Cut Intan Nabila. Ia juga membagikan pengalaman tidak menyenangkan tersebut lewat Instagramnya.
“Selama ini saya bertahan karna anak, ini bukan pertama kalinya saya mengalami KDRT, ada puluhan video lain yang saya simpan sebagai bukti,” tulisnya dalam unggahan.
Tak hanya itu, ia juga menyertakan video yang menujukkan saat pasangan tersebut sedang berselisih paham, namun kemudian sang suami menendang dan memukuli istrinya tersebut. Bahkan, akibat pertengkaran tersebut, bayi Cut Intan Nabila dan suami ikut tertendang.
KDRT merupakan pengalaman traumatis. Namun, sering kali korban tidak bisa melepaskan diri dari pelaku karena berbagai pertimbangan, seperti anak, finansial, hingga harapan kosong seperti keinginan perubahan pasangan menjadi lebih baik.
kekerasan sebenarnya tidak hanya mencakup kekerasan fisik saja, namun juga verbal seperti penghinaan, kata-kata kasar, ancaman, hingga pengendalian. Hal ini pula yang menyebabkan beberapa orang bahkan tidak menyadari mereka tengah mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Lantas apa yang harus dilakukan saat mengalami kekerasan dalam rumah tangga? Berikut kami rangkum cara menghadapi kasus KDRT.
Ceritakan pada orang lain
Korban KDRT sering kali hidup dalam kesendirian yang diciptakan sendiri, mereka sengaja menjauhkan diri atau dijauhkan oleh pelaku. Langkah pertama untuk keluar dari situasi sulit adalah dengan menceritakan rasa sakit Anda kepada seseorang yang Anda percaya, baik teman, saudara, kolega, tetangga, maupun keluarga. Berbicara kepada seseorang saja dapat memberi Anda kejelasan dan kekuatan untuk bertindak menghadapi situasi tersebut.
Minta nasihat bijak
Setelah bicara dengan orang lain, minta nasihat atau rekomendasi bijak dari mereka dalam menghadapi kasus yang Anda alami tersebut. Waspada dengan nasihat yang sifatnya meremehkan kekerasan yang Anda alami atau bahkan meminta Anda bertahan.
Pertama, ketahui bahwa kekerasan itu salah dan merupakan tindakan yang bisa dibawa ke jalur hukum. Oleh sebab itu, minta nasihat bagaimana Anda harus melangkah untuk melapor kepada pihak berwajib, atau bagaimana Anda harus menyelamatkan anak dan keluarga dari pelaku.
Hubungi pihak berwajib
Kekerasan dalam rumah tangga adalah tindakan ilegal di banyak negara, dan undang-undang baru dibuat untuk melindungi korban. Kekerasan tak hanya menyebabkan dampak negatif bagi fisik saja, namun juga mental dan emosional korban.
Jangan menahan perlakuan kekerasan yang Anda terima, melainkan minta bantuan pihak berwajib untuk menangani dan menyelesaikan masalah tersebut lewat proses yang legal. Selain itu, korban juga bisa minta perlindungan ke lembaga-lembaga lain yang menangani kasus KDRT.
Dokumentasikan tindakan KDRT
Video dan foto menjadi bukti penting untuk mengajukan kasus dalam laporan polisi atau untuk mendapatkan hak asuh anak. Dapatkan bukti sebanyak mungkin tentang kekerasan tersebut, serta buatlah runtutan kejadian yang mencatat waktu, tanggal, serta bukti foto jika Anda mengalami luka, lebam, atau memar karena tindak kekerasan tersebut.
Tinggalkan hubungan
Beberapa orang yang menjadi korban KDRT memilih bertahan dibandingkan melaporkan kekerasan yang dialami. Ini mungkin terjadi karena beberapa pertimbangan, seperti anak yang masih kecil, ketergantungan finansial terhadap pelaku, hingga rasa cinta yang masih ada. Namun, sebenarnya hal itu membuat Anda mengembangkan hubungan yang beracun. Maka dari itu, tinggalkan!
Buatlah rencana ke depan
Rencana masa depan adalah rencana Anda untuk tetap aman setiap saat meski Anda telah berpisah dengan pasangan. Amankan dokumen penting milik Anda maupun anak Anda, misalnya buku tabungan dan deposito. Selain itu, carilah pekerjaan untuk menjamin kehidupan Anda dan anak setelah berpisah. (*)
Komentar