SMJTimes.com – Perbedaan paling menonjol antara introvert dan extrovert ada di bagaimana mereka mengisi ulang energi. Jika seorang ekstrover semakin bersemangat saat melakukan interaksi dengan orang lain, maka introver akan menghilang begitu energinya habis.
Introver sebenarnya menyukai berkumpul bersama teman-teman mereka dan melakukan interaksi. Namun, mereka juga membutuhkan waktu senggang saat energinya mencapai batas minimal. Sehingga, orang-orang yang memiliki trait tersebut cenderung akan menyendiri dengan melakukan aktivitas yang membuatnya kembali rileks, seperti membaca buku, menonton film atau berbelanja seorang diri.
Oleh sebab itu, anggapan bahwa introver merupakan makhluk anti-sosial atau tidak menyukai orang lain sebenarnya salah. Mereka juga membutuhkan orang lain dan melakukan percakapan seperti orang pada umumnya. Meski perlu dipahami, saat energi sosial mereka habis, mereka mungkin akan kembali ke ‘cangkang’-nya atau mendadak diam untuk sejenak me-recharge.
Mengapa introver membutuhkan waktu senggang?
Introver yang terjebak dalam acara sosial terlalu lama mungkin merasa stres dan tidak nyaman. Hal ini sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah, karena otak introver lebih responsif terhadap dopamin, neurotransmitter yang mengontrol pusat kesenangan dan penghargaan di otak.
Introver membutuhkan lebih sedikit dopamin dibandingkan ekstrover untuk merasa terlibat dan termotivasi. Terlalu banyak dopamin dapat membuat mereka terlalu terstimulasi dan kelelahan. Hal ini menyebabkan introver mencari waktu menjauh dari kebisingan dan keramaian.
Neurotransmitter yang disebut asetilkolin ini juga lebih aktif pada orang introver dibandingkan pada orang ekstrover. Asetilkolin terhubung dengan perasaan senang namun berkaitan dengan gairah, motivasi dan kognitif. Asetilkolin menjelaskan mengapa introver lebih menyukai lingkungan yang tenang karena mereka bisa membaca, berpikir, dan merenung.
Waktu senggang juga memiliki sejumlah manfaat, seperti menciptakan ruang untuk mengembangkan kreativitas yang membuat mereka berkembang. Para peneliti berpendapat bahwa kebosanan memicu kreativitas. Ketika tidak melakukan apa-apa, otak terdorong untuk mencari sesuatu yang menarik.
Selain itu, waktu senggang juga memastikan mereka mendapatkan cukup energi untuk kembali menjalani hari. Waktu senggang merupakan kesempatan sempurna untuk melakukan perawatan diri dan memperkuat kesadaran diri secara positif. (*)
Komentar