Tentang Gerhana Matahari Hibrida : Bukan Pertanda Awal Bulan Syawal

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Gerhana matahari hibrida terjadi pada hari ini, Kamis (20/4). Gerhana ini terdiri dari 2 jenis, yakni gerhana matahari cincin dan gerhana matahari total. Gerhana total akan terlihat di 11 wilayah Indonesia Timur, termasuk Papua dan Maluku, sementara wilayah lainnya terjadi secara parsial.

Dilansir dari Liputan 6, Peneliti Ahli Madya di Pusat Riset Antariksa BRIN, Johan Muhammad menyebutkan bahwa gerhana matahari hibrida merupakan peristiwa yang jarang terjadi dan disebabkan oleh perubahan jarak antara permukaan bumi yang melengkung dengan bulan sebagai objek yang menghalangi matahari saat terjadi gerhana.

Gerhana matahari terjadi ketika matahari, bulan dan bumi berada tepat di garis yang sama. Saat gerhana matahari hibrida, di sebagian wilayah bumi tertentu bulan tampak lebih kecil dari matahari, sehingga tampak gelap ditengah seperti cincin yang terang di bagian pinggirnya. Kondisi tersebut yang disebut gerhana matahari cincin.

Sementara itu, di wilayah lain tampak bulan sama dengan matahari, sehingga matahari seperti tertutup oleh bulan dan gelap total. Kondisi ini kemudian disebut dengan gerhana matahari total.

“Gerhana Matahari total akan teramati khususnya di wilayah Indonesia bagian timur yang terbilang singkat kurang lebih 1 menit, sementara di daerah Indonesia lainnya akan teramati sebagai gerhana Matahari parsial. Gerhana Matahari ini akan teramati sebagai gerhana matahari cincin di wilayah selatan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik,” ungkap Johan.

Johan menyarankan untuk tidak melihat langsung peristiwa gerhana dengan mata telanjang, karena akan merusaknya. Pengamatan dapat dilakukan secara tidak langsung dengan mengamati proyeksi bayangan dari permukaan tertentu seperti sela-sela dedaunan atau permukaan air. Atau, melihat dari teleskop yang memiliki filter matahari.

“Cara yang paling aman mengamati matahari adalah dengan tidak menatap langsung ke arah matahari. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati proyeksi bayangan matahari ke lapisan permukaan tertentu,” ujarnya.

Gerhana Matahari bukan tanda masuknya bulan Syawal

Dilansir dari Kompas, peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang menekankan bahwa gerhana matahari bukan penanda masuknya awal bulan Syawal. Melainkan hanya penanda masuknya fase bulan baru.

“Hanya penanda masuknya fase bulan baru atau konjungsi,” ujar Andi menanggapi kabar yang akhir-akhir ini tersiar tentang mulainya bulan Syawal usai gerhana matahari.

Ia juga menjelaskan tentang bagaimana keadaan saat terjadi selama gerhana matahari total, dimana langit akan menjadi gelap serta penurunan suhu sebesar 4-6 derajat celcius.

“Langit menjadi gelap, dan karena langit gelap inilah maka bintang maupun planet yang selama siang tak terlihat karena intensitas Matahari lebih besar dibanding bintang atau planet, maka (saat gerhana) bintang atau planet akan terlihat,” jelasnya.

Komentar