Benarkah Banyak Orang Indonesia Tidak Percaya Isu Pemanasan Global?

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Menurut riset, banyak orang Indonesia yang tidak percaya dengan isu pemanasan global. Riset tersebut dilakukan oleh YouGov pada tahun 2020 silam. Dilansir dari Detik, 26 ribu responden dari 25 negara mengikuti survei tersebut.

21% diantaranya merupakan orang Indonesia yang menyebut perubahan iklim tidak terjadi, atau perubahan iklim terjadi tetapi bukan merupakan tanggung jawab manusia. Survei tersebut juga menunjukkan ada sebanyak 3% orang Indonesia percaya bahwa tidak terjadi perubahan iklim sama sekali.

Setelah Indonesia, responden dari Amerika Serikat juga memiliki prosentase tinggi terkait rasa tidak percaya dengan global warming, yaitu sebesar 19%. Kemudian, ada pula Arab Saudi (18%), Mesir (18%), India dan Meksiko (16%), Thailand (15%) dan Australia (14%).

Hasil tersebut menunjukkan bahwa masyarakat perlu meningkatkan kesadaran tentang pemanasan global.

Pemanasan global ini telah terlihat dari peningkatan suhu di beberapa wilayah dan tren bencana alam, seperti kekeringan dan banjir. Rentang waktu terjadinya bencana menjadi semakin pendek, bahkan frekuensinya semakin sering terjadi dengan intensitas yang lebih tinggi dan durasi yang lebih panjang.

Selain itu, peningkatan karbondioksida di atmosfer akan membuat permukaan bumi lebih panas. Peningkatan suhu bumi memicu mencairnya lapisan es.

Dilansir dari CNN Indonesia, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati mengungkapkan data-data ilmiah yang menunjukkan bukti bahwa pemanasan global itu nyata. Berdasarkan data dari BMKG, 2016 merupakan tahun terpanas untuk Indonesia dengan nilai anomali sebesar 0,8 °C sejak 1981 hingga 2020. Sementara itu, tahun 2020 memiliki nilai anomali sebesar 0,7 °C.

BMKG menjelaskan bahwa pemanasan global dan El Nino yang memicu peningkatan suhu tersebut. Hal ini juga mengakibatkan percepatan mencairnya lapisan salju abadi di Puncak Jaya, Papua.

“Awalnya, luasan salju abadi sekitar 200 km persegi. Kini hanya menyisakan 2 km persegi atau tinggal 1 persen saja,” ucap Dwikorita.

Komentar