Mengenal Tantrum yang Terjadi pada Anak

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Tantrum merupakan kondisi dimana anak menujukkan emosi tak terkendali. Biasanya, mereka akan menangis, berteriak, menendang, bahkan berguling-guling. Hal ini sering terjadi pada anak usia 1-3 tahun, saat anak masih berada pada tahap awal perkembangan sosial, emosional, dan bahasa. Sebenarnya, ada beberapa penyebab anak mengalami tantrum, seperti karena merasa lapar, lelah, atau frustasi. Namun, karena mereka belum bisa mengomunikasikan kebutuhan dan perasaannya, mereka akan menunjukkannya dengan respon histeris.

Dikutip dari Halodoc, tantrum adalah salah satu cara anak kecil mengekspresikan dan mengelola perasaan, dan mencoba memahami atau mengubah apa yang terjadi di sekitar mereka. Anak yang menginjak remaja juga bisa mengalami tantrum, karena mereka belum menemukan cara untuk mengekspresikan atau mengelola perasaan di masa kanak-kanaknya.

Untuk menanganinya, diperlukan cara yang sesuai dengan karakter masing-masing anak. Mereka yang belum mengerti tentang bagaimana mengekspresikan perasaan, membutuhkan peran orang sekitar untuk membantunya memahami apa yang sedang mereka rasakan dan mengajarinya dalam mengendalikan emosi.

Dikutip dari Hello, pakar parenting Heidi Skudder menyebutkan bahwa dengan pengertian dan pemahaman terhadap emosi dan perilaku anak berhasil meningkatkan hubungan emosional mereka dengan orang tua untuk jangka panjang.

“Tak hanya berhasil untuk orang tua, tapi juga meningkatkan hubungan emosional dengan anak-anak untuk jangka panjang,” jelasnya.

Selain itu, Skudder juga menyarankan agar orang tua menarik napas panjang dan hitung sampai 10. Cara ini juga baik untuk latihan pernapasan.

Saat anak tantrum, bawalah anak ke tempat yang aman. Berikan ruang dan waktu untuk anak mengekspresikan emosi. Sebagai orang tua, anda juga perlu menenangkan diri dan mencoba untuk tidak berargumentasi dengan anak.

Berikan penjelasan terkait alasan mengapa anda tidak dapat mengabulkan permintaannya. Anda juga bisa mengatakan bahwa tak masalah jika anak anda mengeluarkan ekspresi saat merasa kesal dan kecewa. Hal tersebut akan membantunya untuk mengenali emosi tentang apa itu kecewa, dan bagaimana perasaan marah.

Kemudian, saat anak sudah tenang, tawarkan lah sebuah pelukan untuk memberikan sinyal bahwa anda akan membantunya dan tidak akan membiarkannya sendiri. Perlakuan seperti itu akan menimbulkan perasaan aman dan terlindungi.

Komentar