SMJTimes.com – Marah merupakan respons alami yang muncul dari dalam diri ketika menghadapi suatu ancaman. Perasaan seperti itu wajar, akan tetapi amarah akan menjadi masalah jika sulit dikendalikan. Sebuah studi pada tahun 2010 yang dilansir dari Healthline, menunjukkan bahwa kemarahan tak terkendali dapat berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental.
Emosi yang tidak bisa dikendalikan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif seperti bicara kasar/kotor, merusak barang dan fasilitas, serta hal buruk lainnya. Ini tidak hanya merugikan diri sendiri, namun juga orang sekitar.
Ada beberapa penyebab timbulnya rasa marah, yaitu seperti stress, kesedihan, suasana hati buruk hingga merupakan gejala gangguan mental. Agar kemarahan tidak memberikan dampak negatif bagi orang lain, maka diperlukan pengendalian emosi. Namun, jika mengalami kemarahan yang parah, mungkin dibutuhkan pengendalian dari orang-orang ahli di bidangnya, seperti psikolog dan dokter.
Untuk mengetahui lebih jelas penyebab orang mudah marah, berikut ini adalah beberapa alasan seseorang sering marah yang bisa Anda ketahui.
Kesedihan
Marah merupakan salah satu gejala kesedihan. Kesedihan bisa datang dari pengalaman atau melihat peristiwa yang traumatis, seperti kematian orang yang disayang, perceraian dan perpisahan, kecelakaan, dan kehilangan pekerjaan. Rasa marah yang timbul karena peristiwa traumatis tersebut biasanya merupakan respon untuk menggambarkan kesedihan yang tidak tersampaikan dengan baik. Untuk itu, jika ada seseorang yang baru saja mengalami kejadian traumatis, rangkulah dia dan biarkan dia mengekspresikan kesedihannya.
Stres/depresi
Orang yang mudah marah bisa jadi sedang mengalami stres/depresi. Depresi ditandai dengan perasaan mudah marah, kehilangan energi, perasaan putus asa, pikiran untuk menyakiti diri sendiri dan keinginan bunuh diri.
Seseorang yang mengalami depresi akan merasa sedih secara terus-menerus, tiba-tiba tantrum, dan kehilangan minat. Perasaan ini setidaknya akan berlangsung selama dua minggu.
Kendati demikian, setiap orang memiliki intensitas kemarahan. Mereka bisa mengungkapkan amarahnya dengan cara yang bervariasi.
Kurang tidur
Penyebab orang mudah marah lainnya karena kurang tidur. Kurang tidur dan kelelahan juga bisa membuat otak kelelahan sehingga membuat kinerja menurun. Akibatnya, anda akan sulit berkonsentrasi, sering bingung, sulit berpikir jernih, serta susah mencerna informasi baru. Hal ini dapat memicu suasana hati buruk hingga menyebabkan tersulutnya emosi karena kurangnya kemampuan untuk berfikir jernih.
Penyalahgunaan alkhohol
Penelitian menunjukkan, minum alkohol meningkatkan emosi. Penyalahgunaan alkohol, seperti konsumsi alkohol secara berlebihan diyakini dapat merusak otak, sehingga menurunkan kemampuan berpikir jernih dan membuat keputusan yang rasional. Hal tersebut mempengaruhi sulitnya pengendalian pikiran dan emosi.
Mengalami Pre-menstrual Dysphoric Disorder (PMDD)
Perempuan akan mengalami perubahan suasana hati ekstrem saat menjelang haid. Perubahan suasana hati tersebut merupakan salah satu gejala Pre-menstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Fase ini memungkinkan perempuan yang mengalaminya memiliki emosi naik-turun dan gangguan fisik sebelum masa menstruasi.
Gangguan ini lebih parah dari premenstrual syndrome (PMS) atau sindrom pre menstruasi. PMDD sebenarnya memiliki gejala yang serupa dengan PMS yaitu kram perut, pembengkakan payudara, dan mudah lelah. Namun PMDD menimbulkan perubahan mood yang lebih parah sehingga bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, serta kehidupan sosial
Gejala Gangguan Mental
Alasan seseorang mudah marah lainnya adalah gejala gangguan mental seperti Obsessive Compulsive Disorder (OCD), Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Gangguan Bipolar, dan Intermittent Explosive Disorder (IED).
Penderita gangguan mental seperti diatas biasanya memiliki gejala mudah marah atau memiliki tempramen buruk, mudah tersinggung, frustrasi, gelisah, dan sulit mengambil keputusan. Untuk penanganannya, biasanya penderita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dan konsultasi ke ahli (dokter dan psikolog) untuk kemudian dilakukan terapi dan pengobatan.
Komentar