SMJTimes.com – Makanan merupakan sumber energi bagi manusia. Oleh karena itu, setiap hari kita perlu mengonsumsinya, apalagi sebelum memulai aktivitas seperti bekerja dan berpikir saat belajar di Sekolah. Ada berbagai macam makanan bergizi yang memang diperlukan bagi tubuh. Beberapa diantaranya adalah karbohidrat dan protein. Karbohidrat didapatkan dari menu utama seperti nasi, kentang, ubi dan sebagainya. Sementara protein banyak terkandung pada daging.
Meski begitu, berdasarkan studi berjudul Future Warming From Global Food Consumption di jurnal Nature Climate Change, seorang peneliti dari Columbia University bernama Catherine Ivanovich menemukan dampak beberapa makanan terhadap perubahan iklim. Sektor pangan disebut dapat meningkatkan suhu bumi dan menjadi salah satu pemicu pemanasan global. Hal ini dikarenakan adanya kandungan gas metana dari sampah sisa-sisa daging, olahan susu dan nasi.
Menanggapi penemuan ini, para peneliti menyoroti langkah yang perlu dilakukan guna membatasi polusi gas rumah kaca dari sektor pangan. Strategi ini dinilai dapat mengurangi potensi pemanasan global hingga lebih dari setengahnya.
Dilansir dari CNN Indonesia, peneliti menemukan adanya pengurangan kontribusi makanan terhadap pemanasan global sebesar 55 persen. Pengurangan ini berdasarkan orang-orang yang mengikuti pola makan dan diet sehat dari Harvard Medical School.
Kurangi Konsumsi Daging
Peneliti tidak menyerankan diet ekstrem yang mewajibkan manusia beralih ke pola makan vegetarian, melainkan mengurangi konsumsi makanan yang mengandung protein tinggi seperti daging. Hal ini dilakukan untuk mengurangi sampah sisa makanan yang mengehasilkan gas metana.
Selain meminimalkan kontribusi pemanasan suhu bumi, diet dari makanan kaya protein ini juga membantu manusia hidup lebih sehat dengan pengurangan konsumsi makanan berlemak jenuh dan tinggi kolesterol.
Kendati demikian, saat penduduk negara lebih maju mengurangi konsumsi daging, tak menutup kemungkinan penduduk negara berkembang akan meningkatkan jumlah konsumsi.
Mengurangi Limbah Sisa Makanan
Menurut Ivanovich, pengurangan dan pengelolaan limbah sisa makanan mampu mengurangi pemanasan global. Sekitar sepertiga dari produksi pangan dunia yang terbuang percuma akan menghasilkan emisi metana di tempat pembuangan sampah.
Membuang lebih sedikit makanan akan sangat penting untuk upaya mengatasi perubahan iklim. Hal ini dapat dicapai melalui langkah sederhana, seperti menawarkan produk dalam kemasan yang lebih kecil.
“Adopsi diet sehat yang universal, dan pengurangan sampah makanan di level retail dan konsumen” ujar Ivanovich.
Sementara itu, Brent Kim yang merupakan seorang manajer program riset di John Hopkins Center mengungkapkan bahwa perubahan iklim memang menjadi masalah yang parah dan mendesak. Permasalahan ini tidak akan selesai hanya dengan mengandalkan sebuah cara. Selain faktor teknologi, faktor psikologis dan perilaku manusia juga harus ikut berperan.
“Ada kekhawatiran yang valid bahwa jika kita terlalu bergantung kepada teknologi, kita akan tidak menghiraukan perilaku dan intervensi kebijakan lain yang harusnya kita butuhkan,” kata Kim.
Komentar