SMJTimes.com – Petani menilai tingginya harga beras di pasaran tidak sebanding dengan harga jual gabah. Petani Pati mengeluhkan harga jual gabah yang anjlok hingga membuat mereka merugi. Harga jual gabah saat ini berkisar Rp 5.100 hingga Rp 5.400 per kilogram. Harga ini turun dari bulan sebelumnya yang mencapai Rp 6.200 hingga Rp 6.500 per kilogram.
Dengan tingkat harga gabah tersebut, petani menilai tidak sebanding dengan biaya operasional saat produksi. Petani mengeluhkan mahalnya harga pupuk, obat-obatan, serta solar subsidi yang sulit untuk bahan bakar mesin pompa air pengairan irigasi. Belum lagi, penurunan harga gabah saat ini sempat membuat petani cukup bingung. Disaat harga gabah anjlok hingga berkisar di tingkat Rp 5.000-an, harga beras di pasaran ternyata mengalami kenaikan.
Seorang Petani di Desa Jambean Kidul, Margorejo Bernama Kamelan mengeluhkan kondisi ini. Menurutnya, petani yang menerima kerugian. Saat panen raya harga gabah tidak terkendali dan terpuruk. Sementara itu, harga beras yang meroket.
“Anjloknya itu sangat jauh sekali. Signifikan istilahnya. Karena semula harga gabah ditingkat petani Rp 6.200 sampai Rp 6.500, menjadi Rp 5.200 sampai Rp 5.500,” ujar kamelan, dikutip dari TVOnenews (24/2).
Ia mengaku, petani tidak bisa mengakses langsung ke Bulog karena harus dijual melalui bandar atau tengkulak yang sering memainkan harga.
“Harga segitu dibeli oleh semacam bandar atau penebas. Jadi, kita tidak bisa mengakses ke Bulog, memang lewatnya harus lewat ke penebas atau bandar. Padahal, informasi yang saya dapat, harga ditingkat konsumen tinggi, kenapa di tingkat petani harganya anjlok,” sambungnya.
Kamelan menjelaskan terkait harga jual gabah di tingkat petani idealnya diatas Rp 6.000 per kilogram. Ia juga menyebutkan biaya operasional meningkat karena harga pupuk non-subsidi naik hingga 50 persen dan obat-obatan, serta pestisida naik hingga 30 persen.
“Untuk harga saat ini ya kurang lah untuk membalikkan modal. Masalahnya, biaya produksi untuk pertanian sekarang mahal. Pupuk mahal, biaya lain seperti pestisida, buruh sawah, solar juga sulit. Kalau beli yang non-subsidi sangat mahal,” tuturnya.
Komentar