SMJTimes.com – Autism spectrum disorder (ASD) atau Autisme merupakan gangguan perkembangan saraf. Gangguan tersebut mempengaruhi perkembangan anak dalam berkomunikasi, berinteraksi dan berperilaku, seperti saat mereka berbicara. Dilansir dari Halodoc, selain Autisme, ASD juga mencakup Asperger, sindrom Heller dan gangguan perkembangan pervasive (PPD-NOS). Autisme ini bukan merupakan penyakit, tapi kondisi dimana otak bekerja dengan cara berbeda dengan orang lain.
Penyandang autism mungkin mengalami sulit kesulitan memahami perasaan orang lain dan juga mengekspresikan diri sendiri baik dengan kata-kata maupun gerak tubuh. Ketrampilan mereka berkembang tidak merata. Mereka bisa saja kesulitan saat belajar, namun disisi lain penyandang autisme memiliki kemampuan tinggi di dalam seni, musik, memori, bahkan matematika.
Faktor Pemicu Autisme
Ada beberapa faktor yang menjadi pemicu autisme, diantaranya adalah;
- Jenis kelamin laki-kali memiliki risiko lebih tinggi hingga 4 kali mengalami autisme dibanding anak perempuan.
- Faktor keturunan. Orang tua yang mengidap autisme memiliki risiko lebih besar memiliki anak yang juga mengidap autisme. Selain itu, pada gen anak kembar juga memiliki risiko. Misal, bila satu anak kembar mengidap autisme, maka kembarannya memiliki risiko autisme 36-95 persen.
- Efek samping minuman beralkohol atau obat-obatan (terutama epilepsi) saat masa kehamilan.
- Pengaruh gangguan lain seperti down syndrome, distrofi otot, neurofibromatosis, sindrom Tourette, cerebal palsy, serta sindrom Rett.
Sementara itu, autisme tidak disebabkan oleh pola asuh orang tua yang buruk, vaksin, konsumsi makanan dan minuman, serta infeksi yang menular.
Gejala Autisme
Gejala pengidap autisme terbagi dalam dua kategori.
Kategori pertama merujuk pada penyandang autisme dengan gangguan dalam melakukan interaksi sosial dan komunikasi, meliputi masalah kepekaan terhadap lingkungan sosial dan gangguan dalam berbahasa secara verbal maupun non-verbal.
Kategori kedua merujuk pada penyandang autisme dengan gangguan meliputi pola pikir, minat dan perilaku berulang yang kaku, seperti gerakan berulang mengetuk-ngetuk, meremas tangan, juga merasa kesal saat aktivitas tersebut terganggu.
Biasanya penyandang autisme cenderung memiliki masalah dalam belajar dan kondisi kejiwaan lainnya, seperti gangguan hiperaktif (ADHD), gangguan cemas, dan depresi.
Diagnosis dan Penanganannya
Dokter biasanya mendiagnosis autisme berdasarkan laporan perilaku dan pengamatan. Pada anak-anak biasanya membutuhkan dua langkah, yakni skrining perkembangan dan evaluasi.
Skrining perkembangan untuk mengetahui apakah anak dapat mengikuti keterampilan dasar seperti belajar, berbicara, perilaku, dan bergerak sesuai usianya.
Jika anak menunjukkan tanda pada pemeriksaan, dokter akan melakukan evaluasi yang lebih lengkap, termasuk tes pendengaran, penglihatan dan tes genetik. Dokter juga akan berkoordinasi dengan spesialis yang berpengalaman dalam menangani autisme. Beberapa psikolog memberikan tes yang disebut Autism Diagnostic Observation Schedule (ADOS).
Kondisi autisme tidak dapat disembuhkan. Meski begitu, ada penanganan yang dapat dilakukan bagi penyandang autisme. Tujuan penanganan ini adalah untuk membantu mereka agar dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari, serta mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki.
Penanganan tersebut biasanya berupa terapi dan pemberian obat.
Terapi Perilaku dan Komunikasi memberikan pengajaran pada anak penyandang autisme untuk melakukan kemampuan dasar sehari-hari, baik verbal maupun non-verbal.
Terapi ini terdiri dari terapi perilaku terapan yang bertujuan menerapkan perilaku positif dan mencegah perilaku negative. Kemudian ada juga terapi okupasi yang membantu keterampilan seperti berpakaian, makan, dan berinteraksi dengan orang lain.
Selanjutnya, ada terapi integrasi sensorik yaitu untuk membantu seseorang yang memiliki masalah dengan sentuhan, pandangan atau suara. Terakhir adalah terapi wicara untuk meningkatkan keterampilan komunikasi penyandang autisme.
Terapi keluarga, yakni terapi yang tujuannya agar keluarga bisa berinteraksi dengan pengidap dan mengajarkan pengidap autisme berbicara dan berperilaku normal.
Sementara untuk pemberian obat, dokter biasanya memberi obat untuk mengatasi kejang, obat untuk mengatasi depresi, obat untuk mengatasi gangguan tidur.
Demikian penjelasan tentang Autisme atau Autism spectrum disorder.
Komentar