Pati, SMJTimes.com – Anggota DPRD Kabupaten Pati dari Komisi C Suyono mengaku bahwa saat dirinya melakukan reses, telah menerima tiga poin penting yang menjadi keluhan masyarakat sekitar Pegunungan Kendeng.
“Mayoritas masyarakat sini itu mengeluhkan soal tambang dan jalan rusak akibat tambang itu. Kemudian juga soal kelangkaan pupuk bersubsidi,” kata Suyono saat ditemui oleh SMJTimes.com belum lama ini.
Ia juga menyampaikan bahwa pihaknya sudah melakukan tindak lanjut terkait penyampaian aspirasi dari masyarakat tersebut.
Pihaknya sudah melakukan koordinasi ke beberapa instansi terkait seputar jalan rusak, soal tambang kendang, dan juga pupuk bersubsidi.
“Saya sudah lakukan komunikasi ke dinas-dinas mas, saya telpon langsung itu Kepala Bina Marga, menanyakannya langsung seputar jalan Kayen-Beketel yang rusak parah itu. Mereka bilange anggaran daerah tidak mampu untuk itu,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga sudah melakukan koordinasi terkait dengan izin tambang galian C di wilayah Kendeng. Menurutnya, pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pati juga tidak bisa berbuat banyak. Hal tersebut dikarenakan persoalan izin menjadi wewenang pemerintah provinsi.
Ia berharap, terkait kejelasan status penambangan, pihak pemerintah kabupaten bisa lebih banyak berbicara, karena termasuk dalam lingkup wilayah Kabupaten Pati.
“Harusnya jalan itu kan tanggung jawab kabupaten, harusnya awalnya ada kesepakatan. Biar jika ada kerusakan jalan penambang harus bertanggung jawab. Lah kalau seperti ini kan pemerintah kabupaten ditanya alasannya wewenang provinsi,” pungkas Suyono.
Berkaitan dengan pupuk, pihaknya juga sudah menghubungi Dinas Pertanian, menanyakan seputar pasokan pupuk subsidi untuk masyarakat.
Dari hasil reses yang ia temukan, bahwa masyarakat sangat keberatan jika harus membeli pupuk non subsidi.
Hal tersebut dikarenakan biayanya yang terlalu mahal, sedangkan hasil panen dari petani biasa ditawar dengan harga rendah.
“Kebutuhan pupuk di wilayah sini itu lebih banyak dibandingkan wilayah lain, karena kontur tanahnya yang kurang subur. Kalau mereka disuruh beli pupuk nonsubsidi, ya sangat keberatan. Untuk mengantisipasi mereka banyak yang menggunakan pupuk organik,” pungkas Suyono. (*)
Komentar