Rembang, SMJTimes.com – Sholehayam, perajin limbah kayu dan kerang dari Desa Meteseh, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang mampu hasilkan omzet jutaan rupiah setiap bulannya.
Lewat limbah kayu dan kerang yang dia kumpulkan dari tempat usaha mebel dan para nelayan, dirinya kini mampu hasilkan Rp 7-8 juta setiap bulannya. Bahkan saat pandemi Covid-19 ini, pesanan kerajinan miliknya mengalami peningkatan pemesanan.
“Selama pandemi ada peningkatan tapi ya tidak signifikan. Kira-kira 20 persen saja,” kata Sholehayam pada Senin (10/01/2021).
Dirinya mengungkapkan telah memulai usaha kerajinan seni ini sejak tahun 2015. Kerajinan yang dia hasilkan dari limbah kayu tersebut cukup beragam, ada tempat lilin, tempat lampu, dan hiasan bunga-bunga.
“Untuk jenis kayu mulai dari tempat lilin, kaligrafi, lampu dinding, lampu lantai, relief, dan patung. Untuk kerangnya saya mulai produksi dari perpaduan kayu dan kerang seperti tempat bunga ini, kaligrafi ada, hiasan dinding ada, tempat cermin juga ada,” ujarnya.
Proses pengerjaan kerajinan pun beragam. Ada yang diselesaikan dalam waktu dua hingga tiga hari. Ada pula yang memakan waktu hingga tujuh bulan. Lamanya proses tersebut bergantung pada tingkat kerumitan dari pesanan.
Harga kerajinan pun cukup variatif, mulai dari ratusan ribu hingga yang paling mahal saat ini Rp 3 juta. Bahkan ada pula yang dipatok harga Rp 7 juta jika ada pesanan khusus.
Kerajinan tersebut nampaknya banyak dilirik oleh para pencinta hiasan kayu. Meskipun belum sampai ke mancanegara, akan tetapi hampir seluruh wilayah Pulau Jawa banyak yang memesan hiasan kayu tersebut darinya.
“Sementara dari lokal. Pati, Rembang, Semarang hingga Jakarta,” ungkapnya.
Sebagai perajin usaha rumahan, dirinya berharap agar pemerintah kabupaten Rembang khususnya bisa memperhatikan para pelaku UMKM di pedesaan, seperti Sholehayam. (*)
Komentar