Pati, SMJTimes.com – Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, Nur Sukarno mengungkapkan upaya budidaya tanaman porang di Kabupaten Pati masih terkendala permodalan, Jumat (16/4/2021).
Sukarno pun mendorong agar pemerintah dan petani berkoordinasi lebih baik lagi dalam upaya budidaya porang di wilayah Kabupaten Pati.
“Kendala yang dihadapi oleh petani maupun masyarakat yang berminat menanam porang saat ini adalah tidak mampu mengakses modal budidaya porang. Karena biayanya cukup mahal,” ujarnya.
Menurut Sukarno, budidaya porang dalam satu tahun membutuhkan 100 gram sampai dengan 500 gram bibit porang. Akan tetapi, kebanyakan masyarakat lokal tidak mampu memenuhi persediaan bibit dikarenakan harga tinggi.
“Jika diperkirakan kebutuhan bibit porang dalam satu tahun bisa menghabiskan biaya Rp125 juta per hectare,” ungkap Anggota DPRD dari Fraksi Golongan Karya (Golkar) tersebut.
Ia menyebutkan bibit porang juga dapat diambil dari umbi yang terdapat pada pangkal daunnya. Sehingga tidak perlu biaya mahal untuk modal penanaman.
“Jika memanfaatkan umbi yang ada di pangkal daun (berbentuk mirip katak) akan lebih murah. Tetapi dibutuhkan masa budidaya yang relatif lama,” ucap Sukarno.
Waktu yang dibutuhkan untuk menunggu umbi siap panen sekitar 3 (tiga) sampai dengan 4 (empat) tahun. Hal ini menjadi kendala karena rentang waktu yang terlalu lama.
Ia mengaku terkesan dengan fenomenalnya tanaman porang. Menurutnya porang memiliki prospek penjualan yang bagus karena pasar ekspornya terbuka lebar.
“Karena porang mampu dibutuhkan untuk bahan industri pangan maupun kosmetik,” ujarnya.
Ia menambahkan jika tanaman tersebut perlu dibudidayakan di tempat-tempat yang teduh. Sehingga terhindar dari terik matahari yang menyebabkan tanaman porang tumbuh dengan kualitas yang baik. (Adv)
Komentar