Harga Fluktuatif, Pedagang Oplos Cabai

Bagikan ke :

Rembang, SMJTimes.com – Meski masih terbilang wajar, sejumlah harga komoditas cabai di Rembang masih belum terjangkau untuk beberapa kalangan. Terutama oleh pedagang kaki lima yang notabene menjajakan masakan pedas.

Keluhan atas harga cabai itu disampaikan oleh Ira, pemilik warung ayam geprek di area Rembang kota. Menurutnya dalam menyiasati kebutuhan cabai, kedainya memilih strategi mengoplos cabai yang digunakan.

Ira memanfaatkan dua jenis cabai yakni cabai setan dan rawit. Harga cabai setan sendiri di Rembang mencapai 100 per kilo. Sedangkan cabai rawit yang harganya masih standar menjadi bahan pilihan lain.

Meski begitu, Ira juga sedikit diuntungkan oleh sejumlah pelanggannya yang lebih memilih cabai rawit. Pasalnya cabai setan di mata pelanggannya cukup pedas, sehingga sedikit membantu dalam mengurangi penggunaan cabai setan.

“Ayam geprek itu di sini harganya 10 ribu, kita kasih cabai itu maksimal 5, ndak ada masalah, yang penting ayamnya laku banyak,” ungkapnya.

Dalam penjelasan Ira, ia membeli cabai dari pasar harganya kisaran 30 sampai 50 ribu. Sedang yang cabai setan 107 ribu. Pelanggannya yang suka pedas itu didominasi kalangan muda, sedang yang agak tua lebih memilih sambal yang sedang tidak terlalu pedas.

Sementara itu Karsini, pemilik warung makan di jalan pantura Desa Banyudono Kecamatan Rembang tidak mengambil pusing dengan mahalnya harga cabai. Dia menganggap wajar, kondisi harga cabai memang fluktuatif. Apalagi memasuki bulan puasa.

Menurut Karsini, warung makan bukan dipengaruhi oleh harga cabai. Namun terkait kelihaian racikan masakan yang ia buat, sehingga pelanggan tetap mau datang.

“Kalau saya tidak memikirkan itu, kalau dipikir nanti bisa pusing. Jadi saya tidak ambil pusing, yang penting orang makan di sini merasa puas. Jadi walaupun mahal, kita tetap menjaga rasa seperti biasanya. Tidak ada yang dikurangi,” jelas Karsini. (*)

 

Artikel ini telah tayang di Mitrapost.com dengan judul “Harga Cabai Masih Pedas, Pedagang Pilih Oplos Cabai”

Komentar