Overthinking Bisa Dikendalikan, Bukan Dihilangkan

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Istilah overthinking atau berpikir berlebihan kini menjadi topik yang sering dibahas, terutama di kalangan generasi muda. Di tengah tekanan sosial, pekerjaan, hingga ketidakpastian masa depan, banyak orang merasa pikirannya terus bekerja tanpa henti.

Namun yang sering disalahpahami adalah anggapan bahwa overthinking harus dihilangkan sepenuhnya. Padahal, menurut sejumlah ahli psikologi, overthinking bukan sesuatu yang bisa dihapus begitu saja, melainkan dapat dikendalikan dengan kesadaran dan latihan mental.

Secara alami, manusia memang diciptakan untuk berpikir dan memprediksi. Proses ini membantu kita mengambil keputusan dan menghindari bahaya. Namun, ketika pikiran terus berputar tanpa arah dan menimbulkan kecemasan berlebih, overthinking justru menjadi penghambat.

Menurut American Psychological Association, kebiasaan berpikir berlebihan dapat meningkatkan risiko stres kronis dan gangguan tidur. Bahkan dalam jangka panjang, hal ini bisa menurunkan produktivitas dan kualitas hidup seseorang.

Meskipun terdengar negatif, overthinking sebenarnya tidak selalu buruk. Dalam dosis kecil, refleksi dan analisis mendalam dapat membantu seseorang lebih berhati-hati dan matang dalam mengambil keputusan.

Yang menjadi masalah adalah ketika pikiran itu kehilangan kendali, sehingga seseorang tidak bisa berhenti memikirkan hal yang sama berulang kali. Karena itulah, pendekatan terbaik bukan menghapusnya, melainkan belajar untuk mengendalikan agar tetap berada dalam batas yang sehat.

Salah satu cara efektif untuk mengendalikan overthinking adalah dengan mengenali pola pikir yang muncul. Ketika seseorang mulai menyadari bahwa pikirannya mulai berputar ke arah negatif, langkah pertama adalah berhenti sejenak dan menarik napas dalam-dalam.

Teknik pernapasan sederhana ini terbukti dapat menenangkan sistem saraf dan membantu otak berpikir lebih jernih. Selain itu, menulis jurnal harian juga bisa menjadi cara ampuh untuk menyalurkan pikiran yang menumpuk ke dalam bentuk tulisan, sehingga tidak menekan batin.

Aktivitas fisik seperti olahraga ringan, jalan kaki, atau yoga juga terbukti dapat mengurangi intensitas overthinking. Gerakan tubuh membantu melepaskan hormon endorfin yang berperan dalam meningkatkan suasana hati.

Sementara itu, membatasi paparan media sosial dapat mencegah munculnya perbandingan sosial yang sering memicu kekhawatiran berlebihan. Dengan kata lain, mengelola lingkungan digital juga bagian dari mengendalikan pikiran.

Selain langkah personal, dukungan sosial memiliki peran besar. Bercerita kepada teman dekat, keluarga, atau konselor bisa membantu seseorang melihat sudut pandang baru yang lebih rasional. Kadang, pikiran yang terasa berat akan menjadi lebih ringan ketika didengar oleh orang lain.

Karena itu, membuka ruang untuk berbicara dan mendengarkan menjadi langkah penting dalam menjaga kesehatan mental. (*)

Komentar