Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Bahasa yang Mudah Dipahami

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Menulis esai ilmiah sering kali dianggap sulit karena harus memenuhi kaidah akademik yang ketat. Banyak penulis muda merasa terjebak antara menjaga gaya formal dan membuat tulisan tetap menarik dibaca.

Padahal menurut Ruangguru, kunci dari esai ilmiah yang baik bukan hanya pada penggunaan istilah rumit, melainkan pada kemampuan penulis menjelaskan ide secara jelas, logis, dan mudah dipahami oleh pembaca.

Esai ilmiah memiliki tujuan utama untuk menyampaikan gagasan berdasarkan data dan pemikiran kritis. Namun, sering kali bahasa yang digunakan terlalu teknis atau berputar-putar sehingga justru mengaburkan makna.

Dalam konteks pendidikan dan penelitian, hal ini bisa menjadi penghalang bagi pembaca yang ingin memahami substansi tanpa harus tersesat dalam istilah akademik yang berlebihan. Karena itu, gaya bahasa yang lugas dan komunikatif menjadi penting agar pesan ilmiah tersampaikan dengan efektif.

  1. Struktur

Salah satu cara menulis esai ilmiah yang mudah dipahami adalah dengan memperhatikan struktur tulisan. Umumnya, esai terdiri dari tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Struktur yang jelas membantu pembaca mengikuti alur pemikiran tanpa kesulitan.

Pada pendahuluan, penulis perlu menjelaskan latar belakang masalah beserta tujuan penulisan secara singkat. Bagian isi berisi argumen yang diperkuat oleh data atau referensi terpercaya, sedangkan penutup berfungsi menyimpulkan inti gagasan dan memberikan refleksi atau rekomendasi.

  1. Penggunaan Bahasa

Selain struktur, penggunaan bahasa juga perlu diperhatikan. Hindari pemakaian kalimat yang terlalu panjang atau istilah asing yang tidak dijelaskan.

Menurut pedoman penulisan ilmiah dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, kalimat efektif adalah kalimat yang tidak bertele-tele, tetapi lengkap dan padat makna. Jika harus menggunakan istilah teknis, berikan penjelasan singkat agar pembaca memahami konteksnya.

Gaya bahasa yang mudah dipahami tidak berarti mengabaikan unsur ilmiah. Esai ilmiah tetap harus didukung oleh data, hasil penelitian, dan rujukan sumber yang relevan. Namun, penyajiannya bisa dibuat lebih ringan dengan memilih kata-kata yang familiar dan menyusun kalimat secara runtut.

Keterbacaan esai juga bisa ditingkatkan melalui penggunaan contoh konkret. Penjelasan yang disertai ilustrasi, data lapangan, atau fenomena aktual membantu pembaca memahami argumen secara lebih mendalam.

Misalnya, ketika membahas isu lingkungan, penulis dapat mengutip data dari Kementerian Lingkungan Hidup atau menyinggung fenomena perubahan iklim yang sedang terjadi.

  1. Revisi Tulisan atau Penyuntingan

Terakhir, revisi menjadi tahap penting dalam menulis esai ilmiah. Setelah selesai menulis, penulis perlu membaca ulang tulisannya untuk memastikan tidak ada kalimat yang rancu, data yang salah, atau struktur yang tidak logis.

Proses penyuntingan ini membantu memperbaiki kejelasan dan memastikan bahasa tetap mengalir dengan baik.

Menulis esai ilmiah bukan sekadar menumpuk teori dan data, melainkan seni dalam menyampaikan pengetahuan dengan cara yang jelas dan bermakna. Bahasa yang mudah dipahami justru memperluas jangkauan pembaca dan membuat karya ilmiah lebih bermanfaat. (*)

 

Komentar