SMJTimes.com – Mungkin Anda tidak asing dengan istilah silent treatment. Perilaku ini mengacu pada tindakan sengaja menarik diri dari suatu interaksi, menolak terlibat lebih jauh hingga bisa ke arah mengucilkan orang lain dalam jangka waktu tertentu, dilansir dari Choosing Therapy.
Silent treatment menjadi sinyal untuk memberitahu kekecewaan atau kemarahan Anda kepada orang lain. Beberapa orang melakukan hal ini untuk menjeda perdebatan dengan orang lain, sehingga diam menjadi pilihan paling rasional untuk menghindari konflik lebih dalam. Meski demikian, tindakan ini juga dapat memberikan masalah lain seperti sikap pengabaian yang akan memengaruhi mental mereka ke depannya.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Group Processes & Intergroup Relations menemukan bahwa orang-orang yang menerima silent treatment mengalami ancaman terhadap kebutuhan mereka akan ‘rasa memiliki, harga diri, kendali, dan keberadaan yang bermakna’.
Vaile Wright, direktur senior inovasi layanan kesehatan di American Psychological Association juga mengungkapkan bahwa silent treatment kepada anak dapat memiliki dampak negatif yang besar bagi mental mereka.
Dampak silent treatment pada anak
Dilansir dari USA Today, anak-anak yang mengalami silent treatment dapat menimbulkan perasaan diabaikan secara emosional. Mereka mengembangkan perasaan khawatir, terisolasi, dan tidak diterima oleh orang lain. Anak mungkin terlibat dalam perilaku berbahaya untuk mencari perhatian kedua orang tuanya.
“Konsekuensi jangka panjang terbesar mungkin adalah ketidakmampuan anak untuk menjalin hubungan yang aman di masa depan,” kata Wright.
Melalui media sosial, beberapa orang membagikan kisah mereka saat mengalami silent treatment dari orang tua. Seorang sumber berinisial TC mengatakan bahwa ibunya sering kali memberikan perlakuan diam kepadanya setelah marah hingga dua minggu. Ia mengaku menjadi cenderung lebih aktif dari biasanya.
“Saya hanya berjingkat-jingkat di sekitar rumah seperti tikus kecil. Seluruh tubuhku berada dalam kondisi gairah yang tinggi,” katanya dalam salah satu video.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa meski ibunya mengakhiri silent treatment, masalah tidak dibicarakan lebih lanjut. Hal itu mungkin akan menyisakan sedikit demi sedikit masalah sehingga nantinya bisa terjadi semacam ‘bom waktu’ yang bisa meledak kapan saja.
Bagaimana cara menghentikan kebiasaan silent treatment?
Alih-alih melakukan silent treatment untuk memberi sinyal bahwa Anda marah atau kecewa, lakukan hal lain yang lebih efektif untuk mengomunikasikan rasa sakit hati. Ini akan membantu Anda untuk mengatur emosi.
Orang tua perlu menyadari dampak buruk emosional jangka panjang dari perlakuan silent treatment kepada anak. Wright menyarankan untuk meminta ruang untuk menyelesaikan emosi negatif Anda, kemudian kembali untuk menyelesaikan masalah.
“Dalam cara yang sehat, Anda menetapkan batasan, Anda tidak membuat orang lain merasa Anda menghukumnya, namun Anda meminta ruang yang Anda perlukan untuk menyelesaikan kesusahan (emosi negatif) Anda dan kembali ke konflik dengan cara yang sehat, “kata Wright.
Artinya, komunikasi yang baik merupakan kunci untuk mempertahankan hubungan Anda dan anak-anak Anda. (*)
Komentar