SMJTimes.com – Di tengah gaya hidup cepat dan tuntutan pekerjaan yang tinggi, banyak anak muda merasa bahwa bekerja lembur adalah satu-satunya cara untuk terlihat produktif.
Padahal menurut berbagai studi, produktivitas tidak diukur dari lamanya waktu bekerja, melainkan dari efektivitas pengelolaan waktu dan fokus pada prioritas. Fenomena ini mendorong munculnya tren baru di kalangan profesional muda, yaitu produktif tanpa harus lembur.
Laporan LinkedIn Workforce Insight (2025) menunjukkan bahwa lebih dari 63% pekerja muda di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, kini mulai menolak budaya kerja lembur terus-menerus. Mereka memilih mengoptimalkan jam kerja reguler dengan strategi manajemen waktu yang lebih efisien.
Pendekatan ini tidak hanya membantu menjaga kesehatan mental, tetapi juga meningkatkan kreativitas serta kualitas hasil kerja. Salah satu rahasia utama manajemen waktu yang efektif adalah membuat prioritas harian yang realistis.
Anak muda kini banyak memanfaatkan metode seperti Eisenhower Matrix atau Time Blocking, di mana setiap tugas ditempatkan sesuai urgensi dan tingkat kepentingannya. Dengan begitu, waktu kerja dapat digunakan secara fokus tanpa terbagi oleh distraksi.
Selain itu, menerapkan sistem kerja berbasis energi, bukan waktu, juga mulai populer. Artinya, seseorang bekerja maksimal di jam-jam ketika tubuh dan pikirannya paling bertenaga, biasanya di pagi atau siang hari.
Sisa waktu digunakan untuk pekerjaan ringan, istirahat, atau aktivitas personal yang dapat menjaga keseimbangan hidup. Tidak kalah penting, mengatur jeda kerja menjadi kunci menjaga konsentrasi.
Teknik seperti Pomodoro, ialah bekerja selama 25 menit dan istirahat 5 menit telah terbukti meningkatkan produktivitas hingga 40% menurut studi Harvard Business Review (2024). Dengan cara ini, otak memiliki waktu untuk bernapas sebelum kembali ke fokus penuh.
Namun, produktif tanpa lembur juga membutuhkan disiplin dalam mengelola distraksi digital. Notifikasi media sosial, pesan instan, dan e-mail yang terus berdatangan sering kali membuat fokus terpecah.
Karena itu, banyak anak muda mulai menerapkan digital detox hour, waktu khusus tanpa gawai agar bisa bekerja atau beristirahat dengan tenang. Tren ini menunjukkan pergeseran nilai dalam dunia kerja: dari sekadar bekerja keras menjadi bekerja cerdas.
Generasi muda tidak lagi bangga karena lembur, tetapi karena mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu tanpa mengorbankan kesehatannya. (*)











Komentar