SMJTimes.com – Dalam era modern yang serba cepat dan penuh tekanan, istilah self love atau mencintai diri sendiri semakin sering digaungkan. Banyak orang diajak untuk menghargai diri, beristirahat dari kesibukan, dan menolak hal-hal yang menguras energi.
Namun, tidak jarang konsep ini disalahartikan menjadi perilaku selfish atau egois. Padahal, antara self love dan selfish memiliki perbedaan yang cukup mendasar, terutama dalam niat dan dampaknya terhadap orang lain.
Secara sederhana, self love berarti kemampuan untuk menghargai, menerima, dan merawat diri sendiri tanpa mengabaikan empati terhadap orang lain.
Menurut Psychology Today, mencintai diri sendiri mencakup kesadaran akan kebutuhan fisik dan emosional, menghargai batas diri, serta mengembangkan kebiasaan positif yang mendukung kesehatan mental.
Orang yang memiliki self love biasanya tetap memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan sosial. Sebaliknya, selfish lebih menekankan pada kepuasan diri tanpa mempertimbangkan perasaan atau hak orang lain.
Perilaku egois sering muncul dari rasa takut kehilangan, ambisi berlebihan, atau keinginan untuk selalu diutamakan. Dalam konteks hubungan sosial, tindakan ini dapat menimbulkan konflik karena cenderung mengabaikan empati dan kerja sama.
Perbedaan utama antara keduanya terletak pada niat dan kesadaran diri. Self love tumbuh dari keinginan untuk menjadi versi terbaik diri sendiri, sedangkan selfish muncul dari dorongan untuk menang sendiri.
Misalnya, seseorang yang berlatih self love akan berani menolak pekerjaan tambahan jika tubuh dan pikirannya lelah, demi keseimbangan hidup. Sementara seseorang yang selfish mungkin menolak karena tidak ingin repot, tanpa mempertimbangkan kondisi atau tanggung jawab bersama.
Dari sisi dampak, self love memberikan energi positif. Ia membuat seseorang lebih tenang, sabar, dan memiliki empati lebih besar terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan sikap selfish justru menciptakan jarak sosial karena fokus hanya pada diri sendiri. (*)








Komentar