Upacara Adat yang Kini Diminati Generasi Muda

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi, minat generasi muda terhadap budaya tradisional ternyata justru menunjukkan tren positif. Salah satu bentuknya terlihat dari meningkatnya partisipasi anak muda dalam upacara adat di berbagai daerah.

Dari prosesi sakral hingga festival budaya, mereka tak hanya hadir sebagai penonton, tetapi juga turut serta menjadi pelaku pelestarian. Fenomena ini tampak jelas di sejumlah daerah seperti Bali, Yogyakarta, dan Sumatera Barat.

Di Bali misalnya, keterlibatan generasi muda dalam upacara adat seperti Ngaben dan Melasti meningkat dalam lima tahun terakhir. Data dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali mencatat, lebih dari 60 persen peserta kegiatan adat desa adalah generasi di bawah 30 tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai tradisi tetap hidup di tengah perkembangan teknologi dan gaya hidup digital. Salah satu faktor yang mendorong tren ini adalah peran media sosial dalam memperkenalkan kembali budaya lokal dengan cara yang lebih menarik dan visual.

Banyak anak muda mengunggah dokumentasi upacara adat ke platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube dengan tagar seperti #BudayaLokal dan #AdatNusantara, menjadikannya sebagai bentuk ekspresi identitas dan kebanggaan daerah.

Selain itu, festival budaya yang dikemas modern juga menjadi daya tarik tersendiri. Di Yogyakarta, misalnya, Upacara Labuhan Parangkusumo kini dikolaborasikan dengan pertunjukan musik dan pameran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) lokal, tanpa mengurangi nilai spiritualnya.

Di Sumatera Barat, upacara Tabuik di Pariaman kini dikelola secara profesional dengan dukungan pemerintah daerah dan influencer lokal, sehingga menarik wisatawan sekaligus memperkuat ekonomi masyarakat.

Menurut pengamat budaya dari Universitas Indonesia, tren ini merupakan sinyal positif bahwa generasi muda tidak lagi melihat adat sebagai hal kuno, melainkan bagian dari identitas nasional yang dapat disesuaikan dengan zaman. (*)

Komentar