SMJTimes.com – Dalam era digital yang sarat dengan arus informasi cepat dan gaya hidup instan, peran guru tidak lagi terbatas pada pengajar di ruang kelas. Guru kini juga berfungsi sebagai influencer moral, panutan yang menanamkan nilai, etika, dan karakter di tengah tantangan zaman.
Di saat banyak anak muda lebih sering terpapar figur publik dari media sosial, kehadiran guru sebagai sumber keteladanan menjadi semakin penting untuk membentuk fondasi moral peserta didik.
Melansir dari laman resmi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), guru berpengaruh besar terhadap cara berpikir dan bertindak siswa, menunjukkan bahwa interaksi langsung antara keduanya penting bagi pembentukan karakter yang tidak bisa tergantikan oleh media digital.
Sebagai influencer moral, guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan kognitif, tetapi juga memberi contoh dalam perilaku sehari-hari. Cara guru berbicara, bersikap adil, menghargai perbedaan, dan mengelola emosi menjadi pelajaran hidup tersendiri bagi peserta didik.
Misalnya, guru yang konsisten menegakkan disiplin dengan cara yang bijak akan menanamkan nilai tanggung jawab tanpa harus menimbulkan rasa takut.
Selain itu, guru juga berperan dalam membentuk lingkungan sekolah yang sehat secara moral. Sekolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai seperti kejujuran, saling menghormati, dan empati dapat terbentuk ketika guru secara aktif menularkan perilaku positif tersebut.
Program seperti Guru Penggerak Karakter atau kegiatan Literasi Moral di beberapa sekolah menunjukkan hasil signifikan terhadap peningkatan sikap sosial dan emosional siswa.
Namun, tantangan bagi guru masa kini tidak sedikit. Di tengah derasnya pengaruh budaya populer dan konten media sosial yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai pendidikan, guru harus mampu beradaptasi tanpa kehilangan arah moral.
Beberapa pendidik kini mulai menggunakan platform digital sebagai sarana pengajaran nilai, seperti membuat konten edukatif di TikTok atau YouTube yang membahas etika, toleransi, dan pentingnya empati.
Upaya ini menunjukkan bahwa menjadi influencer moral tidak hanya berarti menasihati, tetapi juga mengomunikasikan nilai dengan cara yang relevan bagi generasi muda.
Di sisi lain, dukungan institusi sekolah dan kebijakan pendidikan juga dibutuhkan agar peran guru sebagai panutan moral bisa berjalan maksimal.
Pelatihan mengenai pendidikan karakter digital, kesejahteraan guru, dan ruang dialog antara guru dan murid menjadi hal yang penting untuk memperkuat hubungan berbasis kepercayaan. Ketika guru merasa dihargai dan diberdayakan, maka pengaruh positifnya terhadap siswa akan semakin besar.
Pada akhirnya, guru adalah figur yang mampu menyeimbangkan logika dan nurani dalam proses pendidikan. Di tengah dunia yang serba cepat dan terkadang kabur secara moral, guru menjadi jangkar yang menuntun siswa untuk tetap berpijak pada nilai-nilai kebaikan. (*)











Komentar