SMJTimes.com – Fenomena viral challenge kembali menjadi sorotan di tahun 2025. Beragam tantangan muncul silih berganti di media sosial, mulai dari yang bersifat hiburan hingga yang menimbulkan diskusi sosial luas.
Tren ini menunjukkan bagaimana budaya digital terus membentuk perilaku kolektif masyarakat, terutama di kalangan generasi muda yang aktif di platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts.
Menurut data We Are Social (2025), lebih dari 67% pengguna media sosial di Indonesia pernah ikut serta dalam satu bentuk challenge daring dalam enam bulan terakhir.
Angka tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya, menandakan bahwa partisipasi dalam tantangan viral kini bukan sekadar tren sementara, tetapi sudah menjadi bagian dari budaya digital sehari-hari.
Salah satu tantangan yang populer tahun ini di antaranya adalah #CleanUpChallenge yang mendorong pengguna membersihkan area publik dan membagikan hasilnya di media sosial.
Gerakan #CleanUpChallenge ini telah diikuti oleh lebih dari 1,2 juta pengguna di Asia Tenggara dan berhasil menginspirasi komunitas lokal untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan.
Psikolog digital dari Universitas Indonesia dalam wawancara dengan Kompas Tekno, menjelaskan bahwa partisipasi dalam viral challenge sering kali didorong oleh kebutuhan akan pengakuan sosial.
Ketika pengguna mendapatkan apresiasi berupa likes dan komentar positif, otak melepaskan hormon dopamin yang memberikan efek menyenangkan, dan hal inilah yang kemudian membuat perilaku tersebut berulang.
Bagi komunitas digital, dampaknya terasa nyata. Tantangan positif mampu memperkuat rasa kebersamaan, memicu kreativitas dan bahkan membuka peluang kolaborasi lintas daerah.
Namun jika tidak diimbangi dengan literasi digital yang baik, viral challenge juga dapat menormalisasi perilaku berisiko dan menyebarkan informasi yang keliru.
Fenomena viral challenge tahun 2025 menjadi cermin bahwa media sosial kini bukan sekadar ruang ekspresi, tetapi juga arena pembentukan nilai dan tren sosial baru.
Tanggung jawab pengguna dalam memilih dan menanggapi tantangan menjadi kunci agar budaya digital tetap membawa manfaat, bukan sekadar sensasi sesaat. (*)
Komentar