SMJTimes.com – Dalam beberapa tahun terakhir, pola tidur generasi muda mengalami perubahan signifikan seiring berkembangnya gaya hidup digital dan sistem kerja yang semakin fleksibel.
Jika dahulu tidur malam selama tujuh hingga delapan jam dianggap sebagai standar ideal, kini banyak anak muda yang membentuk kebiasaan tidur baru, yaitu mulai dari tidur siang singkat atau bahkan tidur terbalik hingga fenomena micro-sleep di sela aktivitas padat.
Berdasarkan laporan Sleep Health Foundation 2025, sekitar 42 persen generasi muda di Asia Tenggara mengalami gangguan atau pergeseran pola tidur akibat paparan gawai berlebih, jadwal kerja bergeser, serta tingginya konsumsi konten digital hingga larut malam.
Fenomena ini menunjukkan bahwa waktu istirahat kini lebih bersifat adaptif terhadap aktivitas, bukan sekadar rutinitas biologis.
Munculnya fenomena micro-sleep atau tidur singkat berdurasi kurang dari lima menit yang biasanya terjadi tanpa disadari, menjadi indikator bahwa tubuh mengalami kelelahan ekstrem akibat kurang tidur berkepanjangan.
Studi dari Journal of Sleep Research (2025) menemukan bahwa individu dengan durasi tidur di bawah lima jam per hari memiliki kemungkinan 2,5 kali lebih tinggi mengalami micro-sleep dibanding mereka yang tidur cukup.
Meskipun sering dianggap wajar, micro-sleep dapat berisiko jika terjadi saat berkendara atau bekerja. Karena itu, banyak ahli menekankan pentingnya menjaga konsistensi waktu tidur total ketimbang bergantung pada tidur singkat yang tidak teratur. (*)
Komentar