Dunia Influencer dan Dampaknya pada Generasi Muda

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Fenomena influencer telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan media sosial di era digital.

Dengan kemampuan membangun citra diri, menjangkau ribuan hingga jutaan pengikut, serta memengaruhi opini publik, para influencer kini memiliki peran yang tak kalah besar dibandingkan figur publik konvensional.

Kehadiran mereka pun membawa dampak yang signifikan, terutama terhadap generasi muda yang menjadi pengguna aktif media sosial.

Melansir dari CNBC Indonesia, salah satu dampak positif dunia influencer adalah munculnya inspirasi baru bagi generasi muda. Banyak influencer memanfaatkan platform mereka untuk berbagi konten edukatif, mulai dari tips gaya hidup sehat, literasi keuangan, hingga motivasi karier.

Konten semacam ini bisa menjadi sumber pengetahuan alternatif yang lebih mudah dicerna, karena disampaikan dengan bahasa sederhana dan format yang menarik.

Selain itu, influencer juga membuka peluang ekonomi kreatif. Tidak sedikit anak muda yang termotivasi untuk membangun personal branding, membuka usaha online atau menekuni bidang kreatif karena terinspirasi dari kisah sukses influencer.

Industri periklanan pun semakin bergeser dengan melibatkan influencer sebagai mitra strategis untuk memasarkan produk, sehingga menciptakan peluang kerja baru bagi generasi muda.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dunia influencer juga memiliki sisi negatif. Salah satunya adalah budaya konsumtif. Generasi muda kerap terpengaruh gaya hidup yang ditampilkan influencer, seperti penggunaan barang bermerek atau tren tertentu.

Jika tidak disikapi dengan bijak, hal ini dapat memicu perilaku boros dan orientasi hidup yang berlebihan pada aspek materi.

Selain itu, fenomena influencer juga bisa menimbulkan tekanan sosial dan gangguan kesehatan mental. Generasi muda sering membandingkan kehidupan sehari-hari mereka dengan citra sempurna yang ditampilkan di media sosial.

Rasa tidak puas, rendah diri, hingga kecemasan sosial dapat muncul akibat ekspektasi yang tidak realistis. Di sisi lain, maraknya konten yang mengutamakan sensasi demi popularitas juga berpotensi memberikan pengaruh buruk terhadap pola pikir.

Sebagian influencer memilih jalan pintas dengan membuat konten kontroversial untuk meraih perhatian, tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi pengikut mereka, terutama anak-anak dan remaja.

Karena itu, literasi digital menjadi kunci dalam menghadapi era influencer. Generasi muda perlu dibekali kemampuan untuk memilah informasi, memahami konteks, serta tidak mudah terpengaruh oleh konten yang hanya menampilkan sisi permukaan kehidupan seseorang.

Peran keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial juga penting dalam memberikan pendampingan agar media sosial digunakan secara sehat dan produktif. (*)

Komentar