Mengapa Orang Sulit Mengungkapkan Perasaan? Berikut Tinjauan dari Psikologi

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Mengungkapkan perasaan seharusnya menjadi hal yang wajar dalam interaksi manusia. Namun, kenyataannya tidak sedikit orang merasa malu atau bahkan kesulitan ketika harus menyampaikan isi hati mereka.

Fenomena ini sering terjadi dalam berbagai konteks mulai dari hubungan asmara, persahabatan, hingga lingkungan kerja.

Menurut para ahli psikologi, ada sejumlah faktor yang memengaruhi mengapa seseorang memilih untuk memendam perasaan alih-alih mengungkapkannya secara terbuka. Salah satu alasan utama seseorang enggan menyampaikan perasaan adalah ketakutan akan penolakan.

Studi dari Journal of Social and Personal Relationships (2023) menemukan bahwa lebih dari 60 persen responden mengaku menahan diri karena khawatir perasaan mereka tidak berbalas atau ditanggapi secara negatif.

Penolakan dianggap sebagai pengalaman emosional yang menyakitkan sehingga banyak orang memilih menghindarinya.

Faktor budaya juga berperan besar. Di masyarakat Asia termasuk Indonesia, ekspresi emosional sering kali dianggap sebagai hal yang harus dikendalikan.

Psikolog Universitas Indonesia, Dr. Arum Sari, M.Psi, menjelaskan bahwa dalam banyak keluarga, anak-anak lebih diajarkan untuk menahan emosi dibanding mengungkapkannya. Hal ini berdampak pada kebiasaan ketika dewasa, sehingga muncul rasa canggung atau malu saat harus menyatakan perasaan.

Tidak semua orang terbiasa mengenali dan mengelola emosinya sendiri. Menurut American Psychological Association (APA), rendahnya emotional intelligence atau kecerdasan emosional menjadi penyebab seseorang kesulitan mengekspresikan perasaan.

Mereka mungkin tahu bahwa ada sesuatu yang dirasakan, tetapi tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk menyampaikannya.

Trauma atau pengalaman buruk juga dapat menjadi penghalang. Seseorang yang pernah mengalami kegagalan dalam mengungkapkan perasaan bisa jadi enggan mencoba lagi.

Misalnya, seseorang yang pernah diremehkan ketika bercerita, cenderung mengembangkan mekanisme pertahanan diri dengan cara memendam emosi.

Psikolog klinis menegaskan bahwa memendam perasaan dalam jangka panjang bisa menimbulkan dampak negatif seperti stres, kecemasan, bahkan depresi.

Penelitian dari World Health Organization (WHO) mencatat bahwa ketidakmampuan mengelola emosi merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental.

Untuk mengurangi hambatan ini, para ahli menyarankan beberapa langkah. Pertama, melatih keterampilan komunikasi dengan cara sederhana seperti menulis jurnal atau berbicara dengan teman dekat.

Kedua, membangun kepercayaan diri melalui pemahaman bahwa perasaan valid untuk diungkapkan. Ketiga, mencari bantuan profesional seperti konseling psikologi jika hambatan terasa terlalu berat. (*)

Komentar

News Feed