SMJTimes.com – Di era media sosial, komentar netizen menjadi hal yang tidak terhindarkan. Dari sekadar memberikan apresiasi hingga kritik pedas, kolom komentar sering kali menjadi ruang publik yang penuh dinamika.
Namun, tidak sedikit orang yang merasa emosinya terganggu setelah membaca komentar negatif, bahkan bisa berdampak pada kesehatan mental.
Sebuah laporan dari We Are Social dan Meltwater (2024) mencatat bahwa pengguna media sosial di Indonesia mencapai 139 juta orang. Dengan angka sebesar itu, interaksi antarwarganet menjadi semakin intens.
Sayangnya, survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2023 menunjukkan bahwa 42,6% pengguna internet di Indonesia pernah mengalami komentar negatif atau perundungan daring.
Angka ini cukup tinggi dan menandakan bahwa literasi digital masyarakat masih perlu ditingkatkan.
Komentar negatif sering kali terasa lebih membekas dibandingkan komentar positif. Menurut psikolog dari Universitas Indonesia, hal ini disebabkan oleh “negativity bias” yaitu kecenderungan manusia untuk lebih mengingat hal buruk dibandingkan yang baik.
Akibatnya, satu komentar pedas bisa terasa lebih dominan dibanding puluhan komentar apresiatif.
Selain itu, sifat anonim di media sosial juga membuat banyak orang lebih berani melontarkan kata-kata kasar. Padahal, dampaknya bisa sangat serius.
Riset dari American Psychological Association (APA, 2022) menyebutkan bahwa paparan komentar negatif berulang di media sosial dapat memicu stres, kecemasan, hingga penurunan rasa percaya diri.
Meski tidak bisa mengendalikan apa yang orang lain tulis, kita tetap bisa mengelola respon emosional terhadap komentar tersebut. Beberapa langkah berikut bisa membantu:
- Pahami bahwa komentar tidak selalu mencerminkan diri kita
- Fokus pada masukan yang membangun
- Berikan jeda sebelum merespons
- Gunakan fitur moderasi seperti blokir, mute, atau filter komentar.
- Bangun daya tahan mental
(*)
Komentar