Kenapa Orang Suka Mengunggah Foto Makanan di Media Sosial?

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Fenomena mengunggah foto makanan di media sosial, khususnya platform seperti Instagram, TikTok dan Facebook telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern.

Aktivitas ini bukan hanya sekadar dokumentasi, melainkan juga mencerminkan tren budaya, psikologi sosial, hingga strategi komunikasi digital.

Mengunggah foto makanan sering kali digunakan untuk menunjukkan identitas diri. Jenis makanan yang dipilih, tempat makan, hingga cara penyajian dapat menjadi simbol status sosial maupun preferensi gaya hidup.

Menurut penelitian dalam Appetite Journal (2016), aktivitas ini kerap dikaitkan dengan kebutuhan untuk mengekspresikan diri dan membangun citra pribadi.

Foto makanan juga berfungsi sebagai medium interaksi. Seseorang yang membagikan foto kuliner tertentu biasanya mengharapkan respons berupa komentar atau tanda suka.

Aktivitas ini menumbuhkan rasa keterhubungan dengan orang lain terutama dalam komunitas pecinta kuliner yang semakin berkembang.

Psikologi juga memainkan peran penting. Melihat dan mengunggah foto makanan dapat merangsang otak bagian reward system yang berhubungan dengan rasa senang.

Hal ini menjelaskan mengapa seseorang merasa puas hanya dengan membagikan foto makanan, meskipun orang lain tidak ikut mencicipinya.

Di sisi lain, fenomena ini turut didorong oleh industri kuliner. Banyak restoran atau kafe yang secara sengaja menyajikan makanan dengan tampilan menarik agar konsumen terdorong untuk memotret dan membagikannya.

Strategi pemasaran berbasis konten buatan konsumen (user-generated content) terbukti efektif dalam memperluas jangkauan promosi secara organik.

Mengunggah foto makanan juga sering diasosiasikan dengan momen kebersamaan. Saat berkumpul dengan keluarga atau teman, dokumentasi berupa foto makanan menjadi cara untuk mengabadikan kenangan dan membagikannya ke lingkar sosial yang lebih luas.

Mengunggah foto makanan di media sosial pada dasarnya adalah kombinasi antara kebutuhan psikologis, interaksi sosial, dan tren budaya digital.

Aktivitas ini memperlihatkan bagaimana makanan bukan hanya sekadar konsumsi fisik, tetapi juga bagian dari komunikasi dan representasi diri di era modern. (*)

Komentar