SMJTimes.com – Dalam beberapa tahun terakhir, desa wisata menjadi salah satu destinasi yang kian populer di kalangan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Tren ini menunjukkan adanya pergeseran minat dari wisata berbasis perkotaan atau pusat hiburan menuju wisata yang lebih dekat dengan alam, budaya, dan kearifan lokal.
Laporan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bahkan mencatat jumlah desa wisata yang berkembang di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut data Kemenparekraf, pada tahun 2021 jumlah desa wisata yang terdaftar mencapai lebih dari 1.800 desa. Angka ini terus bertambah seiring dengan program Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang rutin digelar setiap tahun.
Program tersebut berhasil mendorong partisipasi masyarakat desa untuk mengembangkan potensi wilayahnya mulai dari keindahan alam, produk kerajinan, hingga atraksi budaya.
Fenomena ini juga tidak terlepas dari meningkatnya minat wisatawan terhadap konsep sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan. Wisatawan kini lebih peduli terhadap pengalaman yang autentik, ramah lingkungan, dan memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat.
Ada beberapa faktor yang membuat desa wisata semakin diminati.
Pertama, keindahan alam pedesaan yang masih asri menawarkan suasana tenang, jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Kedua, keberagaman budaya lokal menghadirkan pengalaman unik yang tidak bisa ditemui di destinasi wisata modern.
Ketiga, harga yang relatif terjangkau membuat desa wisata menjadi pilihan ideal bagi berbagai kalangan.
Selain itu, banyak desa wisata yang mengedepankan interaksi langsung antara wisatawan dengan masyarakat lokal. Wisatawan dapat merasakan kegiatan sehari-hari penduduk seperti bertani, membuat kerajinan, atau mengikuti upacara adat.
Pengalaman semacam ini semakin dicari karena menghadirkan nuansa personal dan mendalam.
Peningkatan kunjungan wisatawan ke desa wisata tidak hanya memberi manfaat pada sektor pariwisata, tetapi juga meningkatkan perekonomian lokal.
Masyarakat desa dapat membuka usaha homestay, kuliner khas, maupun produk kerajinan tangan. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang menekankan pemberdayaan komunitas.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) bahkan menilai sektor pariwisata berbasis desa berpotensi menjadi motor pertumbuhan ekonomi baru, terutama pasca pandemi Covid-19.
Dengan pengelolaan yang baik, desa wisata bisa menciptakan lapangan kerja, menekan urbanisasi, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Bagi wisatawan, desa wisata menawarkan pengalaman otentik yang jarang ditemui di destinasi konvensional. Sedangkan bagi masyarakat desa, kehadiran wisatawan membawa manfaat nyata dalam peningkatan kesejahteraan. (*)
Komentar