Fenomena Indonesia Diserbu Produk Murah senilai Rp500 dari China

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Sebuah video beredar di media sosial melalui akun TikTok @/yinnijofq1n (China Foreign Trade Clothing), menampilkan tumpukan pakaian grosir dari daerah Guangzhou, China yang disebut-sebut akan dikirim ke Indonesia.

Video tersebut memperlihatkan sebuah karung besar bertuliskan tujuan pengiriman ke sejumlah kota di Indonesia, mulai dari Bandung, Semarang, Yogyakarta, Palembang, dan Medan.

Namun bukan hal itu yang membuat video tersebut ramai, melainkan tulisan harga yang tertera senilai 50 dolar Amerika Serikat (AS) atau setara kisaran Rp824.250 untuk satu bal atau karung yang berisi 2.000 pieces kaos wanita. Artinya, setiap pembelian satu kaos dibanderol harga Rp412,125, tak sampai Rp500.

Video ini pun mulai menuai pro dan kontra, dengan pembahasan terkait nasib industri tekstil lokal yang dinilai semakin sulit bersaing karena adanya faktor banjir produk impor murah.

Melihat fenomena tersebut, melansir dari CNBC Indonesia, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wiraswasta menyebut hal tersebut ternyata bukanlah hal baru, dan sudah berlangsung dalam dua tahun terakhir.

Oleh adanya kenyataan pahit itu, satu-satunya cara yang dilakukan guna menahan gelombang impor murah adalah dengan kebijakan proteksi pasar, dengan memaksa pemerintah untuk merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 2024 untuk diadakannya perlindungan kuota impor.

Meskipun efektivitasnya akan sangat bergantung pada besaran kuota impor yang dikeluarkan, hal ini dinilai lebih baik dari adanya safeguard garment karena keterbatasan perpanjangan.

Dan diketahui, pemerintah telah merevisi Permendag 2024 menjadi Permendag 2025 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor Tekstil dan Produk Tekstil melalui paket deregulasi.

Revisi ini dianggap sudah menjadi jalan yang baik, tinggal menunggu pengeksekusiannya yang saat ini masih diragukan.

Sementara, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Danang Girindrawardana menyebut terdapat tiga faktor yang membuat produk murah asal China begitu deras masuk ke Indonesia.

Di antaranya, adanya over supply yang sangat besar di China akibat teknologi manufakturnya yang maju, adanya perang dagang yang mencari keseimbangan baru antara China dengan AS, dan Indonesia yang dinilai masih rentan dimasuki produk jadi lantaran kebijakan proteksinya yang seakan lenyap. (*)

Komentar