Tren Kopi Keliling: Gaya Baru Ngopi di Tengah Mobilitas

Bagikan ke :

SMJTimes.comKopi tidak hanya sekadar minuman, tetapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern. Jika dulu orang terbiasa menikmati kopi di warung atau kafe, kini tren baru hadir dengan cara yang lebih fleksibel, yaitu kopi keliling.

Fenomena ini semakin terlihat di berbagai kota besar maupun daerah pinggiran di mana gerobak, motor, bahkan mobil modifikasi berkeliling menawarkan racikan kopi dengan harga terjangkau namun rasa yang tidak kalah dengan kafe.

Menurut data riset Toffin Indonesia tahun 2024, pertumbuhan bisnis kopi keliling meningkat sekitar 12% dibanding tahun sebelumnya dengan rata-rata omzet pedagang mencapai Rp500 ribu hingga Rp1,5 juta per hari, tergantung lokasi dan menu yang ditawarkan.

Angka ini menunjukkan bahwa meski sederhana, bisnis kopi keliling mampu bersaing dengan kafe modern yang membutuhkan modal lebih besar.

Alasan utama tren ini cepat populer adalah faktor aksesibilitas. Konsumen bisa menemukan kopi tanpa harus jauh-jauh ke kafe. Bagi pekerja kantoran yang sibuk atau mahasiswa yang ingin ngopi hemat, kopi keliling menjadi solusi.

Harga yang ditawarkan pun lebih ramah di kantong, biasanya berkisar Rp8 ribu hingga Rp15 ribu per gelas, jauh di bawah rata-rata harga kopi kafe yang bisa mencapai Rp30 ribu ke atas.

Selain itu, variasi menu juga menjadi daya tarik. Tidak hanya kopi hitam atau kopi susu, pedagang kopi keliling kini menawarkan varian kekinian seperti caramel latte, hazelnut, atau matcha blend. Inovasi ini membuat konsumen tetap merasa kekinian meski membeli dari gerobak sederhana.

Bahkan, banyak penjual yang memanfaatkan media sosial untuk promosi sehingga pelanggan bisa memesan lebih dulu sebelum penjual datang ke lokasi.

Dari sisi budaya, kopi keliling juga mencerminkan interaksi sosial. Penjual biasanya hafal pelanggan langganan mereka, bahkan sering menjadi tempat berbagi cerita singkat di sela aktivitas harian. Hal ini memberi nilai lebih yang jarang ditemukan di kafe besar yang cenderung formal.

Tidak heran jika tren ini semakin digemari.

Data Google Trends 2024 mencatat pencarian kata kunci “kopi keliling” meningkat 35% dalam setahun terakhir, terutama di kota-kota satelit seperti Bekasi, Depok, dan Tangerang.

Hal ini menandakan bahwa tren tersebut bukan sekadar musiman, melainkan bagian dari perubahan gaya hidup konsumsi kopi masyarakat Indonesia.

Dengan kombinasi harga terjangkau, cita rasa bersaing dan nuansa personal, kopi keliling menjadi bukti bahwa ngopi tidak harus mahal untuk tetap terasa spesial.

Bisa jadi, tren ini akan semakin berkembang, bahkan menjadi langkah awal munculnya brand kopi lokal besar yang berawal dari roda keliling sederhana. (*)

Komentar