SMJTimes.com – Fenomena antre panjang demi menonton konser kini menjadi pemandangan umum, terutama ketika datangnya musisi besar ke Indonesia.
Dari pagi buta hingga larut malam, penonton rela menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mendapat posisi terbaik di depan panggung. Apa sebenarnya yang membuat orang rela bersusah payah seperti ini?
Bagi banyak orang, konser bukan sekadar mendengar musik secara langsung, melainkan pengalaman penuh yang tak tergantikan. Antre panjang dianggap sebagai bagian dari ritual sebelum konser dimulai.
Bahkan, beberapa penggemar mengaku menemukan teman baru saat mengantre, sehingga suasana menunggu terasa lebih menyenangkan.
Faktor Psikologis: Fear of Missing Out (FOMO)
Riset dari Journal of Consumer Research menunjukkan bahwa rasa takut ketinggalan momen (FOMO) menjadi salah satu alasan utama orang rela mengorbankan waktu dan tenaga. Mereka tidak ingin hanya melihat konser lewat unggahan media sosial, tapi ingin merasakan langsung atmosfernya.
Menurut survei Populix 2023, sekitar 68% anak muda Indonesia rela mengantre lebih dari empat jam demi menonton konser idolanya. Angka ini menunjukkan betapa besar pengaruh dorongan emosional dalam keputusan mereka.
Nilai Sosial dan Prestise
Menghadiri konser musisi terkenal juga dianggap sebagai simbol status sosial. Banyak orang ingin menunjukkan di media sosial bahwa mereka hadir di momen bersejarah itu. Hal ini sejalan dengan penelitian We Are Social 2024 yang mencatat, 73% pengguna internet di Indonesia aktif membagikan momen konser di media sosial.
Selain faktor psikologis, harga tiket juga memengaruhi antusiasme. Konser internasional di Indonesia sering menawarkan tiket dengan kisaran Rp1 juta hingga Rp5 juta.
Dengan harga yang cukup tinggi, penonton ingin memaksimalkan pengalaman salah satunya dengan mengantre untuk mendapatkan spot terbaik.
Dari sisi data, mayoritas generasi muda memang rela mengorbankan waktu karena konser dianggap sebagai momen yang harus dialami langsung, bukan sekadar ditonton lewat layar. (*)
Komentar