SMJTimes.com – Di era digital, layanan jastip atau jasa titip barang luar negeri menjadi salah satu tren belanja yang terus berkembang.
Banyak orang memilih menggunakan jastip karena dianggap lebih praktis, murah, sekaligus bisa mendapatkan barang-barang eksklusif yang tidak tersedia di Indonesia.
Menurut laporan E-Commerce Nation 2023, Indonesia menempati urutan ke-9 negara dengan jumlah pengguna e-commerce terbesar di dunia dengan nilai transaksi mencapai lebih dari 60 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Angka ini menunjukkan betapa tingginya antusiasme masyarakat terhadap belanja online termasuk melalui layanan jastip yang kini kian menjamur di media sosial.
Fenomena jastip biasanya memanfaatkan media seperti Instagram, TikTok, hingga WhatsApp. Penjual akan mengumumkan jadwal keberangkatan mereka ke luar negeri, lalu membuka pre-order bagi para pembeli yang ingin menitip barang.
Mulai dari produk fashion, kosmetik, hingga makanan ringan khas negara tertentu, semua bisa dipesan melalui jastip.
Daya tarik utama jastip ada pada harga yang sering kali lebih murah dibandingkan membeli langsung dari e-commerce resmi. Selain itu, adanya barang edisi terbatas atau limited edition juga menjadi faktor yang membuat jastip tak pernah sepi peminat.
Sebagai contoh, produk kecantikan asal Korea Selatan dan tas bermerek dari Eropa sering kali menjadi barang yang paling banyak dicari.
Meski begitu, layanan jastip bukan tanpa risiko. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mencatat bahwa ada peningkatan signifikan barang bawaan penumpang dari luar negeri yang masuk lewat jalur jastip, sehingga pemerintah memperketat aturan pajak barang impor pribadi.
Hal ini dilakukan untuk melindungi pelaku usaha resmi di dalam negeri sekaligus menjaga pemasukan negara. Namun, aturan tersebut tampaknya tidak menyurutkan minat masyarakat.
Fenomena jastip justru semakin kreatif dengan munculnya sistem open slot kolektif di mana biaya bagasi dibagi rata oleh beberapa pembeli. Cara ini membuat ongkos kirim jadi lebih murah dan barang tetap bisa sampai di tangan konsumen.
Tren jastip memperlihatkan bagaimana perilaku konsumsi masyarakat Indonesia terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Selama masih ada permintaan tinggi terhadap barang-barang luar negeri, fenomena ini tampaknya akan terus bertahan dan semakin besar di masa depan. (*)
Komentar