Popularitas Netflix Menurun di Asia Tenggara

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Popularitas sebuah platform streaming Netflix semakin tergeser di wilayah seputar Asia Tenggara.

Layanan streaming asal Amerika Serikat (AS) seperti Netflix mulai masuk Asia Tenggara sekitar 2016 dan masih mendominasi di beberapa negara, misalnya penguasaan pangsa pasar hampir mencapai 60% di Singapura.

Namun, secara tiba-tiba sebuah perusahaan asal China menutup celah dengan menguasai sekitar 40% pasar Thailand, melampaui pangsa sekitar 30% yang dimiliki Netflix.

Hal ini disebabkan ketatnya persaingan di pasar domestik China dan adanya peluang pertumbuhan di Asia Tenggara dengan daya belinya yang meningkat menembus 6,8 miliar dolar pada 2030, naik 49% dari 2024.

Perusahaan platform streaming asal China itu di antaranya iQiyi dan Tencent yang terlihat merebut pasar milik Netflix.

Mengutip dari CNBC Indonesia, Nikkei Asia dalam laporannya menunjukkan adanya langkah besar yang dilakukan iQiyi dan Tencent pada produksi konten orisinal yang disesuaikan untuk audiens lokal.

IQiyi yang bahkan mendapat julukan sebagai Netflix-nya China telah memiliki 36 juta pelanggan bulanan di Thailand, Indonesia, dan Malaysia sejak 2019 dengan strategi kombinasi layanan gratis berbasis iklan maupun pembayaran langganan yang murah.

Di Thailand, iQiyi menawarkan lebih dari 9.000 judul konten dan berencana menginvestasikan sejumlah 1,54 juta dolar AS per produksi untuk konten lokal dengan merilis 4-6 judul Thailand setiap tahunnya.

Untuk Indonesia dan Malaysia, iQiyi sedang menjalin kemitraan dengan studio lokal dan operator besar seperti Telkomsel untuk memproduksi konten orisinalnya.

Sementara Tencent juga pasang badan dengan meluncurkan WeTV di Asia Tenggara pada 2019 dan mulai memproduksi program idola lokal sejak tahun lalu, salah satunya dengan lahirnya boyband tujuh anggota bernama NexT1de. (*)

Komentar