Fenomena Fast Fashion dan Dampaknya Terhadap Lingkungan

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Tren berpakaian kini bergerak sangat cepat. Dalam hitungan minggu, koleksi di etalase toko bisa berganti mengikuti mode terbaru. Inilah yang disebut sebagai fast fashion.

Fast fashion merupakan sebuah konsep produksi pakaian secara masif dengan harga murah dan desain kekinian agar konsumen terus membeli. Meski terdengar menyenangkan bagi para pecinta belanja, fenomena ini menyimpan dampak lingkungan yang cukup mengkhawatirkan.

Fast fashion memungkinkan siapapun untuk tampil modis dengan bujet minim. Namun di balik itu, industri ini berkontribusi besar pada pencemaran lingkungan.

Menurut laporan dari United Nations Environment Programme (UNEP), industri fashion menjadi penyumbang limbah air terbesar kedua di dunia dan menyumbang sekitar 10% dari total emisi karbon global yang lebih besar dari gabungan emisi sektor penerbangan dan pelayaran.

Salah satu penyebabnya adalah proses produksi yang tidak ramah lingkungan. Pewarna tekstil, misalnya, sering kali mengandung bahan kimia berbahaya yang dibuang langsung ke sungai tanpa pengolahan.

Tak hanya mencemari air, tetapi juga merusak ekosistem sekitar. Di negara-negara seperti Bangladesh dan India yang menjadi dua pusat produksi fast fashion terbesar, dampaknya sangat terasa bagi warga sekitar pabrik.

Selain itu, fast fashion mendorong budaya konsumsi berlebihan. Pakaian dibeli bukan karena kebutuhan, melainkan dorongan tren. Ketika tren berlalu, pakaian pun dibuang.

Data dari Ellen MacArthur Foundation menyebutkan bahwa rata-rata pakaian hanya digunakan tujuh sampai sepuluh kali sebelum akhirnya dibuang. Akibatnya, jutaan ton limbah tekstil menumpuk di tempat pembuangan akhir setiap tahun, yang sebagian besar tidak bisa terurai dengan cepat.

Ironisnya, sebagian besar pakaian fast fashion terbuat dari bahan sintetis seperti poliester yang berasal dari minyak bumi. Bahan ini tidak hanya sulit terurai, tetapi juga melepaskan mikroplastik ke lingkungan saat dicuci. Mikroplastik ini akhirnya masuk ke saluran air dan laut, lalu masuk ke rantai makanan manusia. (*)

Komentar