SMJTimes.com – Setelah muncul istilah FOMO (fear of missing out), kini ada pula istilah JOMO (joy of missing out). Disebut bahwa JOMO merupakan kebalikan dari FOMO, yakni menemukan kebahagiaan untuk tidak terlibat dalam hal-hal yang sedang viral.
JOMO juga dipercaya merupakan sikap yang bisa menjadi kunci hidup lebih tenang, lebih fokus, dan lebih bahagia, tanpa rasa stres yang berlebihan. Untuk lebih lengkapnya, berikut kami rangkum penjelasan tentang JOMO dan cara penerapannya.
Apa itu JOMO?
Dilansir dari Claveland Clinic, JOMO atau joy of missing out merupakan istilah merujuk pada sikap untuk menemukan kegembiraan dengan tidak ikut serta dalam suatu kegiatan, serta memprioritaskan perawatan diri, menurut Psikolog Dr. Susan Albers.
“(JOMO) membantu karena benar-benar memberi fokus yang lebih besar pada pilihan sadar untuk berpartisipasi dalam hal apa, bukan pada hal yang membuat Anda merasa tertekan untuk berpartisipasi,” ujarnya.
Salah satu sikap JOMO adalah Anda bisa memutuskan untuk memilih apa yang ingin Anda lakukan. Misalnya, Anda tidak merasa bersalah atau tertekan saat melewatkan sebuah pesta untuk fokus pada hal yang sebenarnya ingin Anda lakukan.
“JOMO memungkinkan Anda untuk menjadi diri sendiri dan jujur terhadap diri sendiri, tentang apa yang benar-benar ingin Anda lakukan dan apa yang Anda hargai,” kata Dr. Albers lagi.
Dr. Albers menyampaikan bahwa JOMO lebih berfokus pada kualitas dibanding kuantitas. Hal ini akan meningkatkan produktivitas dan fokus Anda, menambah keterlibatan dalam hubungan Anda, serta mendukung emosional dan fisik lebih sejahtera.
Bagaimana cara mengubah FOMO menjadi JOMO?
Dr. Albers merekomendasikan beberapa hal berikut untuk mengubah FOMO menjadi JOMO, salah satunya membatasi penggunaan media sosial.
Anda bisa melakukannya secara bertahap, misalnya jika biasanya menghabiskan sekitar empat jam sehari, kurangi menjadi tiga setengah jam. Kurangi setiap setengah jam setiap hari sampai Anda mencapai tujuan.
“Membatasi media sosial dapat mengurangi perbandingan yang mungkin Anda buat antara diri sendiri dan orang lain,” kata Dr. Albers.
Anda juga perlu menetapkan batasan atau lebih selektif bagaimana Anda mengatur waktu. Pertimbangkan untuk berpartisipasi dalam suatu acara atau kegiatan akan membuat Anda senang, bukan membuat Anda merasa tertekan untuk ikut serta.
Selain itu, jangan takut untuk mengatakan ‘tidak’ jika kegiatan tersebut membuat Anda merasa tidak nyaman. Setiap orang memiliki hak untuk memilih hal yang membuat mereka bahagia, serta menolak hal-hal yang dianggap sebaliknya.
“Tidak apa-apa untuk mengatakan tidak. Anda mungkin perlu merasa nyaman dengan mengatakan ini. Dan ini juga tentang tidak meminta maaf karena mengatakan tidak. Anda tidak perlu membela keputusan Anda atau memberikan penjelasan,” lanjut Dr. Albers. (*)
Komentar