SMJTimes.com – Kebohongan sering kali dilakukan untuk berbagai alasan. Misalnya, seseorang berbohong karena menghindari hukuman, memperoleh hadiah, atau merahasiakan informasi pribadi.
Sementara itu, penelitian lainnya juga menunjukkan alasan paling umum untuk berbohong adalah altruistik, yaitu untuk melindungi orang lain dari bahaya.
Saat berbicara, sering kali kita tidak mampu mendeteksi apakah seseorang berbohong atau jujur. Vanessa Van Edwards menyebutkan dalam penelitiannya bahwa setidaknya 82 persen kebohongan tidak terdeteksi.
Meski demikian, menurut psikologi, terdapat beberapa tanda yang mengindikasikan seseorang sedang berbohong. Berikut ini beberapa tanda bahwa seseorang sedang berbohong, dikutip dari berbagai sumber.
Perubahan pola bicara
Dilansir dari Forbes, salah satu tanda yang menunjukkan seseorang mungkin tidak mengatakan seluruh kebenaran adalah ucapan yang tidak teratur. Menurut Gregg McCrary, seorang pensiunan profiler kriminal FBI, suara atau tingkah laku seseorang dapat berubah ketika mereka berbohong.
McCrary pertama-tama mengajukan pertanyaan-pertanyaan umum yang lugas, seperti siapa nama mereka atau di mana mereka tinggal untuk mengidentifikasi pola bicara dan tingkah laku. Kemudian, mengajukan pertanyaan interogatif lainnya untuk melihat apakah ada perubahan pola saat berbicara.
Penggunaan isyarat yang tidak sesuai
Dalam Scientific American, Dr. Ellen Hendriksen, seorang psikolog klinis Universitas Boston menyatakan bahwa tanda seseorang berbohong adalah isyarat tubuh tidak sesuai dengan kata-kata. Sementara, isyarat tersebut adalah pernyataan kebenaran. Misalnya, saat seseorang berkata ‘ya’, namun menggelengkan kepala.
Tidak banyak bercerita
Salah satu tanda lainnya adalah tidak terlalu banyak menyambah rincian lain atau penjelasan lebih lanjut. Dalam penelitian American Psychological Association (APA), saksi akan menggambarkan sesuai denga napa yang dilihat, serta menjawab rincian lebih lanjut untuk mencari tahu kebenaran. Namun, jika mereka menjawab lebih singkat, mungkin mereka tidak ingin mengetahui kebenaran yang pasti.
Cara lain peneliti memverifikasi kebenaran adalah dengan meminta orang untuk menceritakan kejadian secara terbalik. Orang yang mengatakan kebenaran akan tetap pada cerita yang sama sambil memberikan lebih banyak detail, sementara pembohong sering kali terjebak dan membuat cerita yang berbeda tanpa menambahkan detail pada cerita aslinya.
Bicara terlalu banyak
Di sisi lain, peneliti dari Harvard Business School menemukan bahwa pembohong yang mencoba menipu melebih-lebihkan ceritanya. Pembohong seperti itu bisa mengarang cerita dan menambahkan detail yang berlebihan untuk meyakinkan diri sendiri atau orang lain. Mereka juga dapat membumbui dengan kata-kata yang tidak akan terpikirkan oleh orang yang mengatakan kebenaran.
Menutup mulut dan mata
Menurut mantan petugas CIA dalam buku ‘Spy the Lie’, seorang pembohong mungkin menutup mata sepenuhnya saat berbohong. Hal ini berlaku terutama saat menanggapi pertanyaan yang tidak memerlukan banyak refleksi.
Nada bicara naik-turun yang tidak biasa
Dalam sebuah artikel APA, Dr. David Matsumoto, seorang profesor psikologi di Universitas Negeri San Francisco dan CEO Humintell menekankan bahwa peneliti harus mempertimbangkan bias budaya saat menentukan apakah seseorang berbohong atau tidak.
Misalnya, penelitian pendeteksian kebohongannya menemukan bahwa partisipan Tiongkok cenderung berbicara dengan nada vokal yang lebih tinggi saat berbohong. Sebaliknya, partisipan penelitian Hispanik berbicara dengan nada vokal yang lebih rendah saat berbohong.
Arah mata saat bicara
Banyak orang mengatakan bahwa kebohongan bisa dideteksi saat orang mengalihkan pandangan. Namun, sebuah penelitian berjudul ‘The Eyes Don’t Have It’ yang diterbitkan pada tahun 2012 di Plos One, membantah anggapan tersebut. Selain itu, sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 oleh University of Michigan menunjukkan bahwa 70 persen orang dalam 120 klip media berbohong sambil mempertahankan kontak mata langsung. (*)
Komentar