Mengapa Seseorang Berbohong?

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Kebohongan bisa menjadi sumber bencana dalam hubungan. Pasalnya, sedikit perkataan yang tidak jujur bisa mengikis kepercayaan yang telah dibangun selama bertahun-tahun lamanya.

Beberapa orang juga menilai kebohongan tak selamanya buruk. Ada yang namanya white lies atau kebohongan putih yang ditujukan untuk menjaga perasaan seseorang, meski tak semua orang dapat menerima kebohongan putih tersebut.

Selain kebohongan putih untuk menjaga perasaan seseorang, berikut ini kami rangkum mengapa seseorang memilih berbohong dibandingkan berkata jujur, dikutip dari Psychology Today.

Mengapa seseorang berbohong?

Ada banyak situasi saat seseorang mungkin berbohong untuk melindungi diri sendiri. Misalnya, menghindari hukuman saat mendapat nilai jelek atau belum mengerjakan tugas rumah.

Kebohongan juga dikatakan untuk menghindari konflik. Misalnya, seorang berbohong kepada pasangan karena bertemu dengan mantan kekasih. Kebohongan tersebut dikatakan karena takut memicu perdebatan atau pertengkaran.

Tak hanya itu, berbohong juga dilakukan untuk mendapatkan penerimaan sosial dari kelompok tertentu. Serta, mencegah diri merasa malu tentang aib atau tidak ingin mengungkapkan informasi pribadi.

Tak hanya untuk kepentingan diri sendiri, seseorang berbohong bisa untuk melindungi orang lain. Misalnya, untuk menjaga perasaan orang lain, Misalnya, seseorang yang tidak mengungkapkan perasaan yang sebenarnya terhadap pasangan karena takut menyakiti hati pasangan.

Apakah bohong selalu salah?

Orang yang berbohong harus menghadapi hilangnya kepercayaan orang lain dan rasa malu. Kebohongan juga dapat menyakiti orang lain dan membuat mereka merasa tidak adil. Pada tingkat masyarakat, berbohong dapat menyebabkan rusaknya kerja sama antara individu atau kelompok.

Jika kebohongan membuat diri dan orang lain berada di situasi lebih buruk, maka belajarlah untuk membuat pilihan yang lebih baik di masa depan.

Namun, dalam beberapa kasus, berbohong bisa menyelamatkan perasaan orang lain. Misalnya, memuji masakan pasangan yang hambar agar pasangan tidak malu dan sedih. Selain itu, menyembunyikan perasaan juga dinilai berguna untuk menyelesaikan konflik. Misalnya, jika kemarahan bisa menyebabkan semua menjadi semakin buruk, akan lebih baik untuk berpura-pura tenang dan menyelesaikan perkara. (*)

Komentar