SMJTimes.com – Naskah film ‘Pengepungan di Bukit Duri’ membutuhkan waktu 17 tahun hingga final. Hal tersebut diungkapkan oleh sutradara sekaligus penulis naskah film, Joko Anwar yang mengaku banyak mempertimbangkan sebelum benar-benar ingin memproduksinya.
“Saya menunggu selama 17 tahun. Setelah 17 tahun menimbang-nimbang dan menajamkan skenarionya, saya merasa baru saat ini cukup dewasa untuk bisa membuat film ini,” kata Joko Anwar, dikutip dari CNN Indonesia.
Sineas yang kerap dipanggil Jokan tersebut menyampaikan ada banyak bagian yang memerlukan pemantapan untuk memberikan karya yang tak hanya menghibur, namun juga bermakna. Mengingat, isu yang diangkat dalam film tersebut merupakan isu yang penting.
“Karena tadi yang saya bilang walaupun kita menonton, kita akan dapat sesuatu yang menghibur dari karakter, cerita, plot, dan sebagainya, tetapi di dalam itu juga ada isu yang sangat penting,” terangnya.
“Saya merasa kalau misalnya dibikin saat saya belum cukup dewasa, mungkin akan tidak sampai apa yang ingin saya sampaikan. Supaya lebih matang dan lebih dewasa (dulu),” lanjut Jokan.
Adapun isu yang diangkat dalam film disebut ‘sangat dekat’ dengan masyarakat, yakni tentang anti-kekerasan. Joko Anwar juga mengatakan bahwa film kali ini memiliki genre yang berbeda dengan film-film sebelumnya yang bertemakan horor dan mistis.
“Ini soal tentang anti-kekerasan. Saya percaya bahwa ada satu masalah yang besar di Indonesia yakni kedekatan masyarakat kita dengan kekerasan,” ungkap Joko Anwar.
“Sehingga setelah membuat film-film yang sifatnya escapism, menawarkan entertainment, alangkah baiknya kalau misal film saya yang ke-11, setelah 10 film selama 20 tahun, alangkah baiknya kalau misalnya memulai dari awal lagi dengan sesuatu tema penting, relevan, buat masyarakat Indonesia,” katanya lagi.
‘Pengepungan di Bukit Duri’ dijadwalkan tayang pada 2025 di bioskop Indonesia. Selain itu, Jokan juga menggandeng Amazon MGM Studios, sehingga dimungkinkan tayang secara global dengan judul ‘The Siege of Thorn High’. (*)
Komentar