SMJTimes.com – Banyak orang merasa ketergantungan dengan sosial media. Hal ini membuat mereka merasa harus selalu update dengan tren, bahkan mengunggah foto-foto kapan pun dan dimana pun berada.
Salah satu bentuk ketergantungan tersebut adalah kecenderungan memamerkan apa yang mereka miliki, seperti barang branded, makanan mahal dengan harga tidak masuk akal, hingga momen saat liburan mewah. Banyak orang menunjukkan barang dan layanan mewah yang mereka dapatkan ke status maupun unggahan di media sosial untuk menarik perhatian banyak orang.
Meski sikap pamer di media sosial bisa menunjukkan bahwa Anda berada di status sosial tinggi, sikap ini juga bisa memberikan dampak buruk. Penulis studi Shalena Srna dari Universitas Michigan menyatakan bahwa seseorang yang menunjukkan sikap konsumerisme bisa dipandang sebagai pribadi yang sombong.
“Konsumsi yang mencolok menunjukkan kepentingan pribadi yang sombong, yang dalam benak orang tidak sesuai dengan sikap pro-sosial,” katanya, dilansir dari The British Psycological Society.
Lantas, sebenarnya apa yang menyebabkan orang cenderung memamerkan apa yang dimiliki ke media sosial? Simak penjelasan selengkapnya berikut!
Keinginan validasi orang lain
Pilihan untuk memamerkan barang-barang di media sosial berakar pada keinginan untuk mendapatkan validasi atau pengakuan dari orang lain. Pengakuan status sosial tersebut dirasa bisa meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri. Dengan melakukan hal ini, mereka merasa penting dan dihormati.
Fear of missing out (FOMO)
Alasan mengapa seseorang cenderung pamer di media sosial adalah ketakutan tertinggal dengan trend. Istilah FOMO memang semakin populer seiring perkembangan media sosial. Hal ini merujuk pada individu yang merasa tertekan setelah mereka melihat orang lain mengalami sesuatu yang lebih baik, namun tidak mereka dapatkan. Mereka yang FOMO cenderung ingin pamer karena ingin orang lain melihatnya sama bahagianya dan tidak ketinggalan zaman.
Merasa tidak aman dengan diri sendiri
Saat seseorang merasa tidak aman atau tidak mampu, ia cenderung ingin menutupi masalah ini dengan pamer dan mencari validasi eksternal. Hubungan antara keamanan dan kebutuhan akan validasi eksternal itu rumit. Akar penyebab ketidakamanan adalah kurangnya penghargaan diri terhadap diri sendiri. Kebutuhan akan validasi eksternal dapat dicapai dengan beberapa cara, salah satunya adalah merasakan dorongan untuk memamerkan harta benda atau prestasi.
Ingin selalu dihormati dan dipandang tinggi
Media sosial memungkinkan orang-orang menciptakan dunia ilusi, di mana semuanya ideal dan tidak ada yang kekurangan. Kecenderungan untuk memamerkan apa yang dimiliki bisa muncul karena ingin dianggap tinggi dan bahagia. Mereka menganggap status sosial tinggi layak mendapat penghormatan dan disegani. (*)
Komentar