Mengenal Hubungan Parasosial, Apa Dampaknya?

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Platform media sosial yang semakin canggih semakin mendekatkan banyak orang dengan selebritas favorit mereka. Perkembangan teknologi menambah banyak cara fans mendekatkan diri dengan idola mereka, sehingga mengetahui sebagian kehidupan mereka.

Hal ini akan membangun sebuah keterikatan yang kuat dengan tokoh-tokoh terkenal, atau biasa dikenal dengan hubungan parasosial. Hubungan parasosial ini tidak hanya terjadi antara fans dengan artis saja, namun juga public figure lainnya, termasuk tokoh masyarakat.

Lantas, apakah hubungan semacam ini berdampak positif atau bahkan berisiko pada kehidupan sosial dan kesehatan mental seseorang? Simak penjelasan berikut ini!

Apa itu hubungan parasosial?

Dilansir dari Forbes, hubungan parasosial adalah hubungan sepihak antara seseorang dengan tokoh publik. Orang tersebut juga mengembangkan perasaan kedekatan dan keakraban dengan orang yang hanya dilihat dilayar atau belum pernah ditemui.

Interaksi parasosial ini terjadi secara eksklusif saat seseorang berinteraksi dengan persona tokoh publik melalui media, dan secara psikologis merasakan interaksi seperti di dunia nyata, dikutip dari VeryWell Mind.

Istilah ini pertama kali diciptakan pada tahun 1956 oleh sosiolog bernama Donald Horton dan Richard Wohl untuk menggambarkan keterikatan palsu karena pengaruh radio, televisi, dan film bioskop.

Melissa Gentry, Psy.D., seorang psikolog klinis yang tinggal di Los Angeles mengatakan bahwa hubungan ini tak lepas karena adanya pengaruh perkembangan teknologi, media hiburan, dan media sosial. Meski demikian, hubungan parasosial juga bisa menimbulkan dampak pada kesejahteraan emosional individu.

“Di era digital ini, kita semakin terhubung dengan tokoh media, selebritas, dan influencer media sosial melalui layar. Meskipun hubungan ini dapat menghadirkan rasa keterhubungan dan kekaguman, hubungan ini juga berpotensi menimbulkan risiko dan dampak pada kesejahteraan emosional individu,” katanya.

Apa dampak hubungan parasosial?

Membentuk ikatan dengan figur publik memang dapat memenuhi kebutuhan sosial, seperti persahabatan. Sebenarnya, hubungan parasosial aman jika individu menyadari kemungkinan tidak adanya hubungan timbal balik karena hubungan ini cenderung satu arah.

“Dalam beberapa hal, hubungan parasosial dapat tampak lebih aman karena tidak ada risiko penolakan, tetapi juga tidak ada kemungkinan untuk hubungan timbal balik,” kata Angela Amias, pekerja sosial klinis berlisensi dan direktur klinis Institute for Trauma Informed Relationships di Iowa City.

Namun, hubungan ini juga bisa menimbulkan risiko, seperti rasa kecewa saat tokoh idola berperilaku berbeda dengan persona yang ditampilkan sebelumnya. Selain itu, terlalu dalam pada interaksi parasosial juga dapat menahan seseorang untuk membentuk hubungan yang murni dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari mereka.

“Orang mungkin menjadi terlalu terikat pada kehidupan tokoh media, yang menyebabkan keterikatan emosional dan potensi kekecewaan jika tokoh tersebut berperilaku berbeda dari persona yang diproyeksikan,” kata Angela Ficken, pekerja sosial klinis berlisensi di Boston.

Pada tingkat yang parah, hubungan parasosial juga menimbulkan gangguan mental saat seseorang tidak dapat membedakan antara interaksi sepihak dan interaksi yang tulus. Ini dikenal sebagai erotomania, yakni kondisi kesehatan mental didefinisikan oleh keyakinan keliru seseorang bahwa seseorang berstatus tinggi jatuh cinta padanya. (*)

Komentar