SMJTimes.com – Baru-baru ini, viral berita penggebrekan seorang ibu kos di salah satu kamar yang disewakannya di Bekasi, Jawa Barat. Namun, apa yang dilihatnya di dalam kamar tersebut membuatnya terkejut, lantaran ditemukan timbunan sampah oleh penghuni kosnya itu hingga menimbulkan bau tak sedap.
Menurut dugaan netizen, penghuni kos tersebut menderita Hoarding Disorder, atau kecenderungan seseorang untuk menyimpan semua barang dalam jumlah besar, namun mengalami tekanan kuat saat mencoba membuangnya.
Lantas, apa itu Hoarding Disorder dan bagaimana ciri-cirinya? Simak penjelasan berikut ini!
Apa itu Hoarding Disorder?
Hoarding Disorder merupakan kondisi kesehatan mental, di mana penderitanya mengalami tekanan kuat/signifikan untuk membuang barang karena memiliki kebutuhan untuk selalu menyimpannya.
Barang yang disimpan tidak terikat dengan nilai, sehingga bisa jadi barang yang disimpan merupakan barang yang berharga maupun yang tidak berharga. Misalnya, surat kabar, majalah, barang-barang rumah tangga, dan pakaian.
Bahkan, penderita juga mengumpulkan hewan dalam jumlah besar, namun seringkali tidak dirawat dengan baik. Gangguan ini bisa jadi berbahaya jika menimbulkan dampak kesehatan dan memperburuk hubungan sosial, keluarga, serta pekerjaan.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), standar klasifikasi gangguan mental yang dihasilkan oleh American Psychiatric Association mengklasifikasikan hoarding disorder sebagai subtipe OCD (Obsessive Compulsive Disorder). Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, gangguan hoarding dimasukkan sebagai kondisi terisolasi dalam spektrum OCD.
Gangguan ini bisa dimulai sejak masa remaja, dan bertahap memburuk seiring bertambahnya usia. Hoarding Disorder lebih mungkin menyerang orang berusia di atas 60 tahun dan orang dengan kondisi kesehatan mental lainnya, terutama kecemasan dan depresi.
Apa saja gejalanya?
Orang dengan gangguan ini sering kali merasakan kebutuhan yang kuat untuk menyelamatkan harta bendanya. Mereka percaya bahwa suatu barang akan berguna atau bernilai di masa depan, atau mereka mungkin menganggap bahwa barang-barang tersebut memiliki nilai sentimental, unik, atau mengingatkannya pada seseorang.
- Selain itu, gejala lainnya meliputi;
- Ketidakmampuan untuk membuang harta benda.
- Mengalami stres yang ekstrim ketika mencoba membuang barang.
- Kecemasan akan kebutuhan barang di masa depan.
- Ketidakpastian tentang di mana harus meletakkan barang.
- Ketidakpercayaan terhadap orang lain yang menyentuh harta benda.
- Tinggal di ruang yang tidak dapat digunakan karena kekacauan.
- Menarik diri dari teman dan keluarga.
Selain itu, orang dengan gangguan hoarding sering kali mempunyai masalah terkait dengan fungsi kognitif, termasuk perfeksionis, penundaan, dan disorganisasi. (*)
Komentar