Apa Itu Mom Shaming dan Apa Saja Contohnya?

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Menjadi seorang ibu memang bukan tugas sederhana. Ibu berperan untuk menjaga dan memberikan perhatian untuk anak, agar mereka tumbuh dengan sehat dan bahagia tanpa kekurangan kasih sayang.

Tak hanya itu, ibu juga memiliki tugas dalam mendidik anak agar mereka nantinya dapat berkomunikasi dan berperilaku dengan baik di tengah masyarakat.

Dengan beban dan tanggung jawab besar tersebut, sayangnya seorang ibu masih mendapatkan mom shaming dari orang lain. Mom shaming sendiri dapat mengakibatkan keraguan diri, kecemasan, dan rasa tidak aman bagi seorang ibu.

Lantas, apa yang disebut mom shaming? Simak penjelasan berikut ini!

Apa itu mom shaming?

Mom shaming mengacu pada tindakan mengkritik atau meragukan keputusan seorang ibu mengenai persalinan, menyusui, gaya pengasuhan, pilihan mengenai pendidikan anak, keputusan bekerja atau tinggal di rumah, bahkan penampilan ibu.

Tindakan tersebut dapat berdampak bagi mental ibu, hingga dapat menyebabkan rasa kesepian, tidak aman, kelelahan, dan stigma terhadap ibu yang bekerja maupun tinggal di rumah.

Beberapa orang yang melakukan kritik pada ibu bisa saja berniat membantu. Mereka berusaha memberikan pengetahuan bagi ibu tentang gizi anak, mengkritisi pola asuh yang terlalu longgar, hingga mendorong ibu memperhatikan penampilan. Namun, sebagian orang sering kali menggunakan ego mereka sendiri untuk merendahkan orang lain.

Terlepas dari motivasinya, mom shaming bisa menyakiti seorang ibu. Padahal, mereka lebih membutuhkan dukungan dan dorongan, bukan penilaian satu pihak saja.

Contoh mom shaming

Dilansir dari Choosing Therapy, berikut adalah tujuh contoh bentuk mom shaming;

Mengkritik pilihan ibu untuk tinggal di rumah, mom shaming seperti ini sering kali muncul dalam komentar ‘pasti menyenangkan tidak harus bekerja’ atau ‘Saya harap saya bisa bermain dengan anak saya, seperti Anda’. Perlu diketahui, ibu rumah tangga penuh waktu adalah pekerjaan yang berat, melelahkan, dan tanpa pamrih.

Mengkritik pilihan menyusui, banyak orang mengkritisi bahkan menganggap ibu tidak melakukan tanggung jawabnya karena tidak memiliki air susu yang cukup untuk anak. Padahal, beberapa kondisi dapat memengaruhi air susu ibu, seperti trauma saat melahirkan, atau masalah kesehatan yang memengaruhi produksi air susu.

Mengkritik ibu yang melakukan pola asuh non-tradisional, jenis mom shaming ini didasarkan pada keterikatan pada norma dan ekspektasi sosial yang sudah ketinggalan zaman. Mereka mengharapkan para ibu untuk menanggung seluruh beban pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak, dan memandang rendah para ibu yang memilih untuk bekerja penuh waktu.

Persaingan antar ibu, mom shaming juga bisa berasal dari perbandingan antar ibu. Jika para ibu mulai membandingkan diri mereka dengan ibu-ibu lain di media sosial, hal ini dapat menimbulkan rasa malu di kalangan para ibu yang merasa dirinya tidak mampu melakukan hal tersebut.

Menghakimi tentang aktivitas dan perkembangan anak, mom shaming ini dilakukan dengan mengkritik aktivitas, hingga perkembangan anak. Ibu yang merasa anaknya tertinggal perkembangannya atau tidak mampu menyediakan akses pendidikan layak akan memberikan tekanan pada mereka. (*)

Komentar