SMJTimes.com – Pernahkah Anda memberikan kesempatan kedua untuk seseorang yang telah menyakiti atau mengecewakan Anda?
Sebenarnya, kesempatan kedua bisa diberikan kepada siapapun yang layak. Meski demikian, Anda perlu menganalisa siapa saja yang berhak mendapatkan maaf dan kesempatan lagi untuk berhubungan dengan Anda.
Jangan sampai kesempatan yang berharga bagi Anda diberikan kepada orang yang salah. Oleh sebab itu, kami memberikan panduan tentang tipe-tipe orang yang menurut psikologi tidak pantas mendapatkan kesempatan kedua.
Orang yang senang berbohong
Orang yang senang berbohong atau pembohong kronis tak layak mendapatkan kesempatan kedua, ketiga, dan seterusnya dari Anda. Menurut psikologi, pembohong kronis memiliki pola kebohongan yang konsisten, baik tentang hal-hal besar maupun kecil. Mereka tidak hanya sesekali berbohon, bahkan mereka sering kali mengubah fakta atau kebenaran yang ada untuk kesenangan.
Berurusan dengan pembohong kronis bisa sangat menguras tenaga dan sering kali sia-sia, karena pola penipuan mereka sudah ‘mendarah daging’. Oleh sebab itu, psikologi menyarankan sebaiknya hindari memberikan kesempatan kedua pada mereka.
Orang yang playing victim
Playing victim merupakan ciri orang yang selalu memposisikan dirinya sebagai korban. Sering kali mereka membuat narasi menyedihkan tentang dirinya sendiri untuk menarik simpati orang lain. Mereka juga cenderung menyalahkan orang lain atas masalah yang menimpanya.
Para psikolog menyebut orang-orang ini sebagai ‘the perpetual victim/korban abadi’. Mereka terjebak dalam siklus menyalahkan orang lain, dan menolak mengakui kesalahan mereka sendiri. Jauhkan diri Anda karena mereka bisa mengganggu ketenangan pikiran Anda sendiri.
Orang yang manipulatif
Manipulatif berarti orang yang senang memutarbalikkan situasi agar sesuai dengan kebutuhannya. Mereka ahli dalam memanipulasi emosional, menghilangkan rasa bersalah, dan memiliki taktik untuk menipu orang lain.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology, menemukan bahwa orang yang manipulatif cenderung memiliki tingkat Machiavellianisme yang tinggi, suatu ciri kepribadian yang ditandai dengan kesediaan untuk memanipulasi orang lain demi keuntungan pribadi. Ini kemungkinan besar merupakan bagian dari ciri kepribadian yang sulit diubah.
Orang dengan kepribadian narsistik
Narsistik dikenal sebagai orang yang mementingkan diri sendiri, serta kurang memiliki rasa empati. Mereka mendambakan kekaguman dan berpikir bahwa dunia berputar di sekitar mereka.
Menurut psikologi, orang narsistik memandang orang lain hanya sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Artinya, mereka ahli dalam memanfaatkan seseorang.
Orang yang melakukan pelecehan emosional
Orang tipe ini sering kali menekan melalui kondisi mental dengan melakukan pelecehan verbal, meremehkan, mempermalukan, bahkan mengeritik terus menerus untuk menggunakan kendali dan kekuasaan. Mereka ingin menurunkan harga diri Anda, membuat Anda merasa tidak berharga.
Memberikan kesempatan kedua kepada orang seperti ini membuat Anda lebih tersakiti dan menderita. Anda mungkin akan kehilangan diri sendiri karenanya. (*)
Komentar