SMJTimes.com – Memang benar bahwa sebagian besar waktu pernikahan dihabiskan dengan mengobrol. Akan ada berbagai tantangan dan masalah yang muncul saat pasangan menginjak fase berumah tangga. Permasalahan tersebut tentu harus diselesaikan bersama-sama melalui diskusi, apalagi jika itu mengenai topik penting dan sensitif dalam pernikahan.
Robert Scuka, Direktur Eksekutif Institut Nasional Peningkatan Hubungan di Bethesda, Maryland, mengatakan bahwa menghindari isu-isu atau perbedaan pendapat berpotensi memicu konflik di masa depan. Oleh sebab itu, perlu ada pembicaraan tentang topik-topik yang harus dibahas sebelum menikah.
Berikut topik-topik yang perlu didiskusikan sebelum Anda melanjutkan hubungan ke tahap pernikahan.
Pengelolaan keuangan
Sebelum menikah, jangan takut untuk membicarakan tentang bagaimana pasangan Anda mengelola keuangannya, termasuk bagaimana ia melakukan penganggaran untuk gaya hidup dan kebutuhan, pinjaman, dan tabungan. Saat pasangan menikah, mereka harus saling terbuka tentang bagaimana mereka akan menggunakan uangnya untuk rumah tangga.
Selain itu, perlu juga untuk bertanya apakah uang akan dikelola oleh istri sepenuhnya, atau sebagian saja. Tidak membicarakan masalah ini sejak dini dapat menyebabkan stres jangka panjang dalam pernikahan.
Batasan dan privasi
Penting untuk memperjelas batasan dalam hubungan Anda, meski sudah menikah. Setiap orang tentu memiliki masa lalu di hidup mereka, baik itu baik maupun buruk. Perlu untuk mengetahui seberapa jauh pasangan perlu merahasiakan hal tertentu untuk menjaga hubungan tetap sehat.
Misalnya, bertanya tentang berapa mantan kekasih yang pernah dikencani, atau pengalaman seks sebelumnya. Membahas topik sensitif tersebut mungkin akan menimbulkan konflik lanjutan, sehingga sebaiknya berikan batasan untuk mengetahui masa lalu dan privasi pasangan. Perlu juga bertanya apakah pasangan boleh mengakses telepon dan media sosial saat menikah. Batasan yang tepat bisa memberikan keamanan terhadap hubungan Anda.
Work-life balance
Diskusi tentang pandangan seputar work-life balance juga penting. Hal ini untuk memahami kebutuhan pasangan terhadap perawatan diri, keluarga, serta pekerjaannya. Misalnya, membahas tentang keinginan agar pasangan libur di hari Minggu untuk meluangkan waktu bersama keluarga. Atau, bagaimana pasangan membagi tugas dalam mengurus anak dan rumah saat bekerja.
Ingatlah bahwa ekspektasi Anda mengenai work-life balance mungkin bisa sangat berbeda dengan ekspektasi pasangan Anda. Jadi, penting bagi Anda untuk bersiap berkompromi dalam hal ini.
Kepribadian dan minat
Sebelum pernikahan, penting untuk mengenal kepribadian, termasuk mengetahui preferensi mereka (makanan favorit, film, musik), mimpi, pengalaman penting, dan lain sebagainya. ‘Peta cinta’ yang mendetail dapat menjadi penyelamat hubungan dan membantu pasangan dalam pemecahan masalah.
Penting juga untuk mendiskusikan gaya komunikasi dan bagaimana mereka menghadapi suatu masalah. Misalnya, bertanya apakah pasangan perlu waktu untuk menenangkan diri sebelum diskusi tentang masalah.
Keinginan untuk memiliki keturunan
Topik lainnya yang perlu didiskusikan sebelum menikah adalah tentang keturunan. Ini meliputi, berapa banyak anak yang dimiliki, serta bagaimana gaya pengasuhan sebagai orang tua. Perlu dicatat, pengasuhan sebaiknya dilakukan oleh kedua orang tua. Anda juga bisa mengusulkan untuk menyewa pengasuh jika diperlukan, dan memastikan calon pasangan Anda setuju.
Selain itu, perlu menanyakan pula apakah suami bersedia ikut serta dalam menjaga anak di malam hari setelah lahir. Perlu diketahui bahwa seorang ibu mungkin mengalami baby blues pasca melahirkan. (*)
Komentar