Anak Ketergantungan Media Sosial? Kenali Dulu Dampak-dampaknya!

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Sudah sepatutnya orang tua mengawasi anak-anak mereka yang masih berada di bawah umur, utamanya terkait paparan teknologi dan media sosial. Teknologi memang memberikan manfaat positif kepada anak seperti penyebaran informasi yang lebih cepat. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa internet dan sosial media bisa memberikan dampak negatif bagi anak-anak.

Tak hanya para orang tua, para ahli juga khawatir bahwa media sosial dan internet yang sudah menjadi bagian penting dari kehidupan remaja justru dapat meningkatkan kecemasan, hingga berakibat pada penurunan harga diri. Hasil survei menemukan bahwa Snapchat, Facebook, Twitter, dan Instagram semuanya menyebabkan peningkatan perasaan depresi, kecemasan, citra tubuh yang buruk, dan kesepian.

Dilansir dari Child Mind Institute, berikut sejumlah dampak negatif ketergantungan media sosial bagi anak-anak.

Berkurangnya kemampuan komunikasi

Sebelum ramai penggunaan media sosial, anak-anak cenderung melakukan komunikasi secara langsung, seperti bermain bersama, mengobrol hingga lewat sambungan telepon. Namun, setelah maraknya Instagram, Twitter hingga pesan teks, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya menggulir timeline dan berkomentar lewat jari-jari mereka daripada mengobrol secara langsung.

“Kita sangat terbiasa membaca isyarat sosial. Tidak diragukan lagi bahwa anak-anak kehilangan keterampilan sosial yang sangat penting,” kata Catherine Steiner-Adair, seorang psikolog klinis dan penulis.

Memicu kesalahpahaman antara anak dan orang tua

Bicara secara langsung dapat mengurangi hambatan dalam berkomunikasi. Dengan mengajak anak mengobrol, orang tua mungkin lebih mengetahui perasaan anak dan mengurangi kesalahpahaman yang mungkin terjadi.

Sementara itu, komunikasi singkat lewat pesan teks biasanya rawan misinformasi dan salah paham. Hal ini tidak menyelesaikan masalah dan malah menambah masalah.

“Bagian dari harga diri yang sehat adalah mengetahui bagaimana mengatakan apa yang Anda pikirkan dan rasakan bahkan ketika Anda sedang berselisih paham dengan orang lain atau saat Anda merasa berisiko secara emosional,” kata Dr. Steiner-Adair.

Cyber-bullying dan penipuan

Bahaya besar lainnya yang timbul jika anak-anak berkomunikasi secara tidak langsung lewat media sosial adalah semakin mudahnya cyber-bullying. Orang-orang bisa dengan mudah menjadi siapa saja di dunia maya. Dengan keanoniman ini membuat mereka merasa aman untuk berkomentar jahat, tidak senonoh, penindasan hingga penipuan.

Dr Steiner-Adair setuju bahwa anak perempuan lebih banyak memiliki risiko cyber-bullying karena mereka cenderung lebih mudah membandingkan dirinya dengan orang lain.

“Kita lupa bahwa agresi relasional berasal dari rasa tidak aman dan perasaan buruk terhadap diri sendiri, serta keinginan untuk merendahkan orang lain agar Anda merasa lebih baik,” ungkapnya.

Penguntitan

Dampak buruk lainnya adalah penguntitan. Media sosial memberikan fasilitas untuk memperbarui setiap kegiatan yang sedang kita lakukan secara real-time. Hal ini dapat memudahkan orang lain melakukan penguntitan tanpa disadari.

Anak-anak biasanya kurang waspada akan kemungkinan ini, sehingga mereka bisa dengan mudahnya membagikan kapan dan dimana mereka berada tanpa pengawasan orang tua. Hal ini tentu bisa memicu kecemasan bagi orang tua. (*)

Komentar