SMJTimes.com – Orang tua menerapkan pola asuh protektif semata-mata untuk melindungi anak-anak dari bahaya, termasuk dari lingkungan eksternal maupun pergaulan. Pola asuh yang diterapkan dengan baik dapat menjadikan anak menjadi disiplin, cakap dan mandiri.
Namun, masalah mungkin terjadi jika orang tua menjadi terlalu protektif atau overprotective. Pola asuh terlalu protektif hingga dewasa sering kali memberikan dampak buruk bagi anak. Seperti sikap ingin mengontrol, pengawasan dan pembatasan terus-menerus dapat membuat anak menjadi tergantungan dan sulit mengeksplorasi dunia.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut beberapa dampak pola asuh overprotective.
Rendahnya kepercayaan diri
Anak-anak yang tumbuh dewasa dengan pola asuh overprotective dari orang tua cenderung memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang rendah. Perlu diketahui, harga diri sangat bergantung pada penilaian bagaimana orang lain memandang kita.
Orang tua yang terlalu mengawasi membuat anak tidak mempunyai kesempatan untuk membuktikan pada dirinya sendiri bahwa dirinya sendiri bisa mencapai hal yang besar. Penelitian juga menegaskan bahwa pola asuh yang terlalu protektif dikaitkan dengan rendahnya efikasi diri.
Rentan alami kecemasan dan depresi
Pola asuh yang terlalu protektif menyebabkan anak menjadi terlalu sensitif. Hal ini justru dapat memicu kecemasan pada anak. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini sering kali memiliki kepercayaan diri yang rendah, sehingga setiap komentar negatif orang terhadapnya membuat mereka rawan cemas, hingga depresi.
Kurangnya keterampilan sosial
Orang tua yang terlalu protektif akan melindungi anak mereka secara berlebihan, menahannya di rumah, bahkan melarang mereka berinteraksi dengan anak-anak lainnya. Anak yang dibesarkan oleh orang tua seperti itu akan tumbuh menjadi antisosial dan tidak mampu berinteraksi dengan orang lain. Anak Anda juga mulai merasa ketergantungan dan takut ditinggalkan. Hal ini membuat mereka sulit mendapatkan teman dan menjalin hubungan dekat.
Kurangnya keterampilan kognitif dan menghindari risiko
Terlalu protektif menghambat anak untuk membuat keputusan sendiri. Mereka juga takut gagal dan khawatir tidak bisa menyenangkan orang lain. Sikap ini membuat mereka sulit menghadapi masalah di kemudian hari dan takut mengambil risiko. Sebaliknya, lebih baik ajari mereka untuk berpikir sendiri dan bantu mereka membuat keputusan yang lebih baik.
Cenderung bersikap ingin menyenangkan orang lain
Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh demikian mendambakan perhatian, pengakuan, dan persetujuan dari orang lain. Hal ini dapat membahayakan kesehatan mental anak Anda dan membuat mereka bergantung untuk mendapatkan kebahagiaan. Mereka takut mengecewakan orang lain, sehingga muncul keinginan untuk selalu menyenangkan orang lain tanpa memikirkan keinginan atau perasaannya.
Arogan dan tidak berempati
Orang tua yang overprotective biasanya memarahi atau memberikan hukuman terhadap anaknya yang membuat kesalahan atau tidak patuh terhadap mereka. Hal ini dapat berdampak negatif pada perilaku anak, karena Anda secara tidak langsung mentransfer energi negatif tersebut kepada anak. Mereka bisa menjadi agresif, kurang empati, dan merasa minim mendapatkan kasih sayang.(*)
Komentar